Tulus atau Pura-pura? AS Minta Jeda Kemanusiaan di Gaza, Israel Malah Bom Ambulans Berisi Pasien
Serangan Israel itu terjadi kurang dari satu jam setelah Menteri Luar Negeri AS, Anthony Blinken menyerukan “jeda kemanusiaan” di Gaza
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Tel Aviv memang terus-menerus mengklaim bahwa pusat komando utama Hamas terletak di bawah Rumah Sakit Al-Shifa.
Namun, klaim ini didiskreditkan oleh dokter asal Norwegia, Mads Gilbert, yang mengatakan kepada Democracy Now awal pekan ini bahwa “tidak ada bukti sama sekali” mengenai dugaan adanya basis Hamas.
Hipokrasi AS
Beberapa menit sebelum serangan itu, Menlu AS Blinken berbicara kepada wartawan di Tel Aviv, mengatakan kalau ia berdiskusi dengan para pemimpin Israel tentang kemungkinan “jeda kemanusiaan” di Gaza.
Hal itu dimaksudkan agar dapat “meningkatkan keamanan bagi warga sipil dan memungkinkan pemberian bantuan yang lebih efektif dan berkelanjutan.”
“Sejumlah pertanyaan sah diajukan oleh Israel, termasuk bagaimana menghubungkan jeda tersebut dengan pembebasan sandera dan bagaimana memastikan Hamas tidak memanfaatkan jeda ini untuk keuntungannya sendiri. Ini adalah masalah yang perlu segera kami atasi, dan kami percaya ini bisa diselesaikan,” kata Blinken.
Pejabat Gedung Putih tidak menyebutkan pelanggaran hukum kemanusiaan yang terus dilakukan Israel.
Kunjungannya terjadi ketika para pejabat di Washington memperingatkan Tel Aviv kalau kekejaman yang dilakukan oleh tentara Israel di Gaza secara cepat “mengikis dukungan” terhadap keterlibatan mereka perang tersebut dan dapat menimbulkan “konsekuensi strategis yang mengerikan.”
Belakangan Israel menyatakan menolak seruan jeda kemanusiaan selama para sandera yang ditawan Hamas belum dibebaskan.
Adapun AS dinilai sejumlah pengamat geopolitik internasional sebagai negara yang menerapkan standar ganda.
AS terus mendukung aksi militer Israel tapi di sisi lain juga tidak ingin perang ini meluas menjadi konflik regional.
Politico menulis, meluasnya konflik bisa mengancam kepentingan As bernilai puluhan juta dolar di kawasan Timur Tengah.
Belum lagi masalah keamanan fasilitas dan aset AS baik di dalam negeri maupun di berbagai negara yang menjadi prioritas Washington.
Satu hal khusus, AS juga cemas kalau prakarsa Abraham Accords yang susah payah mereka bangun, bakal hancur berantakan seiring perilaku militer Israel.
Beberapa laporan menyebut, AS kini mulai susah mengendalikan Israel dan berencana untuk menggelar suksesi pergantian kepemimpinan Benjamin Netanyahu.
Baca juga: Gedung Putih: Hari-hari Karier Politik Netanyahu Tinggal Menghitung Hari
Serangan terhadap konvoi medis diluncurkan tepat setelah Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah memperingatkan Israel bahwa “semua pilihan ada di meja” di lini depan Lebanon.
(oln/pltc/tc/tan/*)