Benarkah Starbucks Dukung dan Sokong Israel? Simak Sejarahnya, Kini Miliki CEO Keturunan India
Inilah sejarah berdirinya perusahaan kopi internasional Starbucks. Di mana tengah terseret isu boykot dan dihubungkan dengan Israel.
Penulis: garudea prabawati
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Berikut ini sejarah Starbucks, perusahaan kopi internasional yang memiliki puluhan ribu gerai tersebar di seluruh dunia.
Di sisi lain, saat ini Starbucks menjadi satu di antara brand internasional yang terseret isu boikot buntut serangan Israel terhadap warga Palestina.
Namun benarkah Starbucks terafiliasi dengan Israel atau Yahudi?
Seperti apa sejarahnya?
Diketahui Starbucks didirikan oleh tiga orang, yakni Gerald Baldwin, mantan guru bahasa Inggris; Gordon Bowker, seorang penulis; dan Zev Siegl, seorang guru sejarah.
Ketiganya terinspirasi oleh pengusaha pemanggangan kopi Alfred Peet.
Ketiganya berteman sejak masa kuliah mereka di Universitas San Francisco, mengutip starbucks.com.
Mereka memulai Starbucks di Seattle, tujuannya agar daerah tersebut memiliki akses terhadap kopi dark roast lezat yang mereka sukai.
Baca juga: Penyebab Starbucks akan Tutup 7 Gerai di San Francisco
Dengan berinvestasi masing-masing $1.350 dan meminjam $5.000 dari bank, mereka membuka toko pertama Starbucks pada tanggal 30 Maret 1971.
Awalnya, perusahaan ini hendak diberi nama Pequod yang diambil dari nama kapal pemburu Moby-Dick, namun ditolak, akhirnya diberi nama Starbuck.
Tahun 1984, para pemilik asli Starbucks, dipimpin Jerry Baldwin, mengakuisisi Peet's.
Dan pada tahun 1987, para pemilik asli menjual Starbucks ke Howard Schultz, dan dirinya mulai memperluas pasar Starbucks.
Sementara mengutip jewoftheweek.net, Howard Schultz lahir dari keluarga miskin Yahudi-Jerman di Brooklyn.
Dapat dikatakan baik Schultz dan dua pendiri Starbucks sebelumnya Gordon Bowker dan Zev Siegl sama-sama Yahudi.
Sebelum mengakuisisi Starbucks, dirinya memulai kafenya sendiri bernama Il Giornale.
Sangat sukses, pada tahun 1988 Schultz mampu membeli Starbucks asli dan mengadopsinya sebagai nama mereknya sendiri.
Schultz mengundurkan diri sebagai CEO dan digantikan sebagai CEO oleh Kevin Johnson pada tahun 2017.
Schultz terus aktif di perusahaan, menjabat sebagai ketua eksekutif hingga 2018, ketika ia digantikan oleh Myron Ullman, mengutip Kompas.com.
Pada tahun 2022, Kevin Johnson tiba-tiba pergi, dan Schultz kembali sebagai CEO sementara untuk ketiga kalinya.
Miliki CEO Baru
Mengutip starbucks.com, Laxman Narasimhan telah menjabat sebagai CEO baru bagi perusahaan kopi tersebut per Maret 2023 lalu.
Narasimhan juga akan bergabung dengan dewan direksi perusahaan.
Narasimhan diangkat menjadi CEO pada 1 September 2022, menggantikan pendiri perusahaan dan sekarang mantan CEO, Howard Schultz.
Baca juga: Seruan Boikot Produk Pro Israel Juga Digaungkan Himpunan Mahasiswa Islam
Menyusul pencarian global untuk pemimpin baru Starbucks, Narasimhan bergabung dengan perusahaan tersebut sebagai CEO baru pada tanggal 1 Oktober 2022, dengan pengalaman selama hampir 30 tahun memimpin bisnis barang konsumen global dan menjadi penasihat perusahaan ritel, grosir, restoran, dan e-niaga.
Tertulis di laman Wikipedia, Laxman Narasimhan merupakan kelahiran 15 Mei 1967, dirinya merupakan seorang eksekutif bisnis keturunan India-Amerika.
Dia pernah menjadi chief komersial officer (CCO) PepsiCo, dan chief executive officer (CEO) Reckitt.
Benarkah Starbucks Terafiliasi dengan Israel?
Masih mengutip laman starbucks.com, soal dukungan dan sokongan terhadap Israel dibantah oleh perusahaan kopi tersebut.
Dalam laman tersebut terdapat pertanyaan, yang mana dijawab oleh pihak Starbucks.
- Benarkah Starbucks atau Howard Schultz memberikan dukungan finansial kepada Israel?
Tidak. Ini sama sekali tidak benar. Rumor bahwa Starbucks atau Howard memberikan dukungan keuangan kepada pemerintah Israel dan/atau Angkatan Darat Israel adalah salah. Starbucks adalah perusahaan publik dan oleh karena itu, diwajibkan untuk mengungkapkan setiap pemberian perusahaan setiap tahun melalui pernyataan proksi.
- Apakah Starbucks pernah mengirimkan keuntungannya kepada pemerintah Israel dan/atau tentara Israel?
Tidak. Ini sama sekali tidak benar.
- Benarkah Starbucks menutup tokonya di Israel karena alasan politik?
Tidak. Kita tidak mengambil keputusan bisnis berdasarkan isu politik. Kami memutuskan untuk membubarkan kemitraan kami di Israel pada tahun 2003 karena tantangan operasional yang kami alami di pasar tersebut. Setelah berdiskusi selama berbulan-bulan dengan mitra kami, kami sampai pada keputusan damai ini. Meskipun ini merupakan keputusan yang sulit bagi kedua perusahaan, kami yakin ini tetap merupakan keputusan yang tepat bagi bisnis kami.
Cuitan soal Dukung Palestina Dihapus
Di sisi lain, pihak manajemen Starbucks sempat menggugat serikat pekerjanya, Starbucks Workers United, pada awal Oktober 2023 lalu.
Gugatan tersebut muncul setelah organisasi tersebut menyatakan solidaritas terhadap warga Palestina lewat cuitan di media sosial X.
Namun, pernyataan solidaritas dari Starbucks Workers United itu telah dihapus.
Dalam keterangannya, pihak Starbucks menganggap Starbucks Workers United telah sembrono dalam bersikap usai mengunggah dukungan terhadap Palestina.
Baca juga: Ikuti Jejak McDonalds dan Starbucks, Dominos Pizza Tutup 142 Gerai di Rusia
Perusahaan tersebut pun menuliskan keterangan lewat lama one.starbucks:
"Tindakan yang diambil oleh serikat pekerja tidak ada hubungannya dengan keterwakilan minoritas mitra."
"Kenyataannya, pernyataan-pernyataan mereka yang terus-menerus telah menyebabkan mitra-mitra Starbucks, termasuk beberapa yang mereka wakili, diancam dan menjadi sasaran pesan-pesan gamblang."
"Perilaku sembrono dan tercela tersebut harus diatasi melalui sudut pandang keselamatan mitra kami dan kejelasan publik mengenai posisi resmi Starbucks, yang mengutuk kekerasan di wilayah tersebut. Posisi ini terlepas dari komitmen berkelanjutan kami terhadap perundingan dengan itikad baik yang telah kami tegaskan melalui ratusan permintaan dan pengajuan praktik ketenagakerjaan yang tidak adil."
Tulis Keprihatinan pada Korban Konflik Israel Vs Palestina
Dalam pernyataan terpisah, Starbucks menegaskan bahwa pihaknya mengutuk tindakan terorisme, kebencian, dan kekerasan.
“Sebagai tim kepemimpinan, kami ingin sekali lagi menyampaikan simpati terdalam kami kepada mereka yang terbunuh, terluka, terlantar, dan terkena dampak akibat aksi teror keji, meningkatnya kekerasan dan kebencian terhadap orang-orang tak berdosa di Israel dan Gaza minggu ini. Starbucks dengan tegas mengutuk tindakan kebencian, terorisme, dan kekerasan," tulis Sara Kelly, evp dan chief partner officer Starbucks.
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati) (Kompas.com/Retia Kartika Dewi)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.