'Ngotot' Usir Hamas, Netanyahu Ungkap Rencana Jangka Panjang Israel di Gaza
PM Israel itu mengatakan tujuan serangan tersebut adalah untuk menghancurkan Hamas, namun ia tidak menyebut siapa yang harus memerintah
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Bumi hangus yang dilakukan oleh negara Israel di Gaza, Palestina akhirnya ketahuan maksudnya.
Negara Yahudi itu menyebut memiliki rencana jangka panjang untuk menguasai daerah yang selama ini bergolak oleh peperangan dengan Hamas.
Memasuki dua bulan perang terbuka tersebut, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memberikan beberapa indikasi mengenai rencana Israel setelah perang tersebut.
Baca juga: Palestina: Israel tuduh RS Indonesia di Gaza tampung fasilitas Hamas
Dalam sebuah wawancara dengan ABC News, dikutip dari New York Times, Netanyahu mengatakan Israel akan “memiliki tanggung jawab keamanan secara keseluruhan” di Gaza “untuk jangka waktu yang tidak terbatas.”
Ia menjelaskan, Israel perlu mengawasi keamanan Jalur Gaza setelah pertempuran selesai untuk mencegah serangan di masa depan.
Rencananya, jika diberlakukan, tampaknya akan menghentikan pendudukan kembali Gaza secara penuh – sebuah tindakan yang telah diperingatkan oleh AS dan negara-negara lain.
PM Israel itu mengatakan tujuan serangan tersebut adalah untuk menghancurkan Hamas, namun ia tidak menyebut siapa yang harus memerintah wilayah tersebut setelah Hamas hilang.
Masih belum jelas apakah Otoritas Palestina, yang menguasai beberapa bagian Tepi Barat, dapat berperan dalam mengatur wilayah tersebut.
Di Israel, tampaknya terdapat dukungan politik yang luas terhadap pendirian Netanyahu.
Analis militer mengatakan negara tersebut menghadapi pilihan sulit antara menduduki kembali Gaza atau menarik diri, dan memperingatkan bahwa penderitaan warga sipil yang disebabkan oleh serangan udara dan invasi darat dapat menyebabkan munculnya kelompok baru yang mempromosikan perlawanan dengan kekerasan terhadap Israel.
Baca juga: Perang Israel-Hamas, Jumlah Korban Tewas 11.582 di Kedua Belah Pihak, 1 Anak Terbunuh per 10 Menit
Peperangan di Gaza terjadi makin sengit. Israel mengklaim telah mengepung Gaza bagian utara.
Warga sipil diminta untuk mengungsi meninggalkan daerah tersebut karena akan dibombardir dalam operasi darat negara zionis tersebut.
Sementara korban pembunuhan yang dilakukan oleh Israel telah menembus angka 10.000 jiwa di Gaza. Sebagian dari korban tersebut adalah anak-anak.
Presiden Iran ke Arab Saudi
Akibat tragedi kemanusiaan tersebut, Presiden Iran, Ebrahim Raisi bahkan akan menemui pejabat Arab Saudi.
Raisi dijadwalkan akan terbang ke Ryadh, ibu kota Arab Saudi pada Senin (13/11/2023) pekan depan.
Bila pertemuan tersebut terjadi, itu akan menjadi hal bersejarah mengingat kedua negara yang saling bermasalah.
Perang dingin dua negara Islam dengan aliran berbeda tersebut terjadi sejak lama.
Pertemuan tersebut akan diselenggarakan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) atas undangan Kerajaan Arab Saudi selaku ketua KTT Islam saat ini untuk membahas mengenai kejahatan Israel atas genosida terhadap warga Palestina di Gaza.
OKI telah berulang kali mengutuk serangan terhadap warga sipil di Gaza, di mana jumlah korban tewas telah melampaui 10.000 – termasuk lebih dari 4.000 anak-anak menurut pihak kementerian kesehatan Palestina.