Situasi RS Indonesia di Gaza, MER-C: Obat-Obatan Habis, Jarum Suntik Digunakan Berkali-Kali
Israel, kata Sarbini tidak pandang bulu menghancurkan bangunan di sekitar masyarakat sipil.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Erik S
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Ketua Presidium MER-C, Sarbini Abdul Murad ungkap kondisi Gaza, Palestina saat ini.
"Kondisi Gaza hari ini sangat buruk dan jelek dibandingkan periode sebelumnya," ungkapnya pada media briefing virtual yang dilaksanakan oleh Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Jumat (10/11/2023).
Israel, kata Sarbini tidak pandang bulu menghancurkan bangunan di sekitar masyarakat sipil.
Baca juga: Sekeliling RS Indonesia di Gaza Digempur Roket Israel, Tiga Relawan WNI Terjebak di Basement
Bahkan seperti tempat ibadah, masjid dan gereja hingga rumah sakit yang saat ini sangat dibutuhkan masyarakat.
Sarbini melihat ada narasi yang dibangun seperti isu bunker dan pembangunan Rumah Sakit Indonesia di bawah kontrol Hamas.
"Padahal kami bangun RS Indonesia adalah semua orang kita. Di desain tidak ada terowongan, bunker, tidak pernah buat seperti itu. Harus dipahami Israel sedang menarasi bagaimana RS akan dibom," tegasnya.
Baru tadi malam, pukul 11.00 waktu Indonesia, rudal Israel dilepaskan di sekitar RS Indonesia.
"Semalam jam 11 waktu kita, rudal 11, ada yang bilang 11 menyerang sekitar RS. Itu serangan sekian kalinya. Serangan ini bentuk teror dilakukan Israel agar warga mencari perlindungan, keluar dari RS. Itu diciptakan oleh Israel," paparnya.
Obat-Obatan Sudah Habis, Suntik Digunakan Berkali-Kali
Selain itu, Sarbini menjelaskan jika RS Indonesia sedang berada pada kondisi krusial.
"Kemudian RS sekarang ini lebih cocok sebagai pasar malam. Standar normal sebuah RS tidak ada lagi, kondisi krusial. Obat-obatan sudah habis," paparnya.
Baca juga: Netanyahu Akui Tak Berniat Duduki Gaza setelah Perang Israel-Hamas Berakhir
Jarum suntik pun digunakan secara berkali-kali.
Akibatnya terjadi infeksi pada korban yang terluka.
"Jarum untik, berkali-kali digunakan, terjadi infeksi luka korban, belum lagi belatung karena penanganan tidak ade kuat. Ini terjadi di sana. Semua terjadi, serba minim," urai Sarbini.