Tak Yakin Pindah ke Selatan Aman. Sebagian Warga Gaza Utara Bertahan di Tengah Gempuran
Sejumlah warga Palestina memilih tetap bertahan di tinggal pemukimannya di Gaza Utara di tengah gempuran militer Israel.
Penulis: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah warga Palestina memilih tetap bertahan di tinggal pemukimannya di Gaza Utara di tengah upaya militer Israel mengosongkan wilayah Gaza Utara dan Gaza tengah dengan memaksa ribuan warga Palesina di Jalur Gaza mengungsi ke Gaza selatan,
Mereka menyatakan siap dengan risiko kehilangan nyawa oleh gempuran militer Israel yang nyaris tiada henti terhadap sasaran sipil di Gaza Utara.
Mereka tidak yakin kehidupannya akan lebih aman jika turut mengungsi ke selatan seperti perintah tentara Israel.
Di kawasan Yarmouk di pusat Kota Gaza, Nidaa Moien kepada Middle East Eye melalui sambungan telepon menyatakan pemboman jet tempur Israel masih terus terjadi di wilayahnya.
Seperti yang dia saksikan sendiri melalui jendela, bom ringan Israel jatuh di dekat tempatnya tinggal dan menyebabkan kebakaran bangunan tempat tinggal.
Dia dan keluarganya termasuk di antara puluhan ribu warga Palestina yang masih belum meninggalkan rumah mereka di Kota Gaza di bagian utara yang saat ini menjadi wilayah kantong pemukiman Palestina yang terkepung meskipun Israel melakukan pemboman intensif di lingkungan mereka.
“Sebagian besar orang masih di sini, banyak kerabat saya yang belum meninggalkan rumah mereka, dan kami bahkan melihat orang-orang yang meninggalkan rumah mereka di bagian lain Kota Gaza datang ke lingkungan kami meskipun kondisinya juga tidak aman,” ujar Moien, 32 tahun.
“Saat saya menelepon teman-teman saya yang mengungsi dari rumahnya ke wilayah selatan, saya merasa tinggal di belahan dunia yang berbeda. Kami benar-benar merasa terisolasi meski terpisah jarak beberapa kilometer,” bebernya.
Baca juga: Genset Mati, Israel Terus Kepung RS Al-Shifa: 15 Ribu Pengungsi Gaza Mati Pelan-pelan
Pada hari pertama perang besar-besaran Israel di Gaza, Moien, suaminya, dan anaknya yang berusia dua bulan meninggalkan rumah mereka untuk berlindung di rumah mertua mereka di lingkungan terdekat.
Saat terjadi pengungsian massal penduduk Jalur Gaza bagian utara dan Kota Gaza pada 13 Oktober setelah mendapat ultimatum Israel bahwa selama 24 jam agar lebih dari satu juta warga sipil harus pergi meninggalkan rumah, dia dan mertuanya meninggalkan rumah mereka untuk mencari perlindungan di Khan Younis di selatan.
Namun, mereka kembali seminggu kemudian ke Yarmouk setelah menyaksikan sendiri "malam paling kejam" pemboman yang dilakukan Israel di Gaza Selatan.
Baca juga: Brutal, Tentara Israel Hajar Tiktoker Palestina Saat Live Streaming di West Bank
“Kami pikir tidak perlu tinggal di sana sementara intensitas pengeboman masih sama,” katanya.
“Tetapi yang terpenting, kami tidak dapat tinggal lebih lama karena jumlah pengungsi yang mengungsi di rumah kerabat kami banyak, dan persediaan makanan dan air terbatas.
“Kami pikir lebih baik kembali ke rumah, di mana kami punya persediaan makanan dan sedikit air,” imbuhnya.