PM Kanada Justin Trudeau: Pembunuhan Perempuan, Anak-anak dan Bayi di Jalur Gaza Harus Diakhiri
Meski keluarkan kritikan tajam ke Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, Kanada mengakui Tel Aviv punya hak mempertahankan diri melawan Hamas.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Garudea Prabawati
Ia menambahkan, ada sekitar 350 warga negara Kanada, penduduk tetap dan anggota keluarga telah dievakuasi dari Gaza.
Pemimpin Kanada itu juga meminta Hamas untuk berhenti menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia dan melepaskan semua sandera yang mereka sandera pada tanggal 7 Oktober "segera dan tanpa syarat".
Baca juga: Soal Desas-desus Rusia Pasok Senjata ke Hamas, Zelensky: Propagandis Moskow Bergembira
Pekan lalu, Trudeau menyerukan jeda kemanusiaan untuk memungkinkan pembebasan semua sandera dan pengiriman bantuan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan warga sipil di Gaza.
Sebelumnya, Justin Trudeau mengatakan kepada wartawan pada Selasa (14/11/2023), tragedi kemanusiaan di Gaza sangat menyedihkan hati, khususnya di sekitar Rumah Sakit al-Shifa, seperti diberitakan Al Jazeera.
"Saya sudah jelas harga keadilan tidak bisa berupa penderitaan terus-menerus yang dialami seluruh warga sipil Palestina. Bahkan perang pun mempunyai aturan. Semua kehidupan tak berdosa memiliki nilai yang sama – Israel dan Palestina," kata pemimpin Kanada itu.
"Saya mendesak pemerintah Israel untuk menahan diri semaksimal mungkin. Dunia sedang menyaksikan hal ini, pembunuhan terhadap perempuan, anak-anak, dan bayi. Ini harus dihentikan," tambahnya.
Pada Rabu (15/11/2023) pagi, IDF mengaku melakukan operasi "tepat sasaran" terhadap lokasi yang diduga sebagai pusat komando Hamas di Rumah Sakit Al-Shifa.
Seorang pejabat dari Kementerian Kesehatan Gaza, Youssef Abul Resh mengatakan kepada AFP bahwa ia melihat tank mengepung kompleks Rumah Sakit Al-Shifa.
"Lusinan tentara dan pasukan komando menyerbu IGD," katanya.
Baca juga: Desak Hamas Segera Menyerah, Israel Gempur Rumah Sakit Al Shifa di Gaza
Israel telah mendapat peringatan keras dari Amerika Serikat dan negara lain bahwa Rumah Sakit Al-Shifa harus dilindungi.
Tetapi, IDF berdalih bahwa serangan itu dilakukan berdasarkan kebutuhan operasional.
Menurut staf medis, diperkirakan ada 650 pasien masih di rawat di Rumah Sakit Al-Shifa.
Sebanyak 5.000-7.000 warga sipil berlindung di halaman rumah sakit dan terus-menerus mengalami serangan oleh penembak jitu dan drone Israel.
"Hanya ada dokter, pasien, dan pengungdi di dalam Al-Shifa. Kami tidak perlu takut atau menyembunyikan apa pun," kata Juru bicara Ashraf al-Qudra kepada Al Jazeera.