Kondisi Gaza Makin Mengerikan: Mayat Berserakan di Mana-mana, Bayi di Inkubator Meninggal
Kondisi Kota Gaza kini makin mengerikan setelah digempur habis-habisan oleh serangan udara dan artileri Israel. Mayat berserakan di mana-mana.
Penulis: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, GAZA - Serangan terbaru Israel terhadap Jalur Gaza yang terkepung telah menciptakan bencana kemanusiaan terburuk di Timur Tengah dalam beberapa dekade terakhir.
Ilmuwan Palestina dan aktivis hak asasi manusia Mazin Qumsiyeh mengatakan banyak korban meninggal tidak bisa dikuburkan. Sementara warga Gaza yang masih hidup dalam kondisi kelaparan karena tidak adanya pasokan pangan oleh blokade pasukan zionis Israel.
Ilmuwan Palestina dikutip Sputnik News mengatakan, sebanyak 2,3 juta warga Gaza meninggal karena penyakit dan kekurangan gizi akibat perang Israel di wilayah tersebut.
Militer Israel saat ini masih terus mengepung Kota Gaza secara total untuk membalas serangan pejuang Hamas yang dilancarkan pada 7 Oktober 2023, yang menyebabkan 300 tentara dan polisi Israel serta 1.100 warga sipil tewas.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memerintahkan penutupan pasokan listrik dan air serta penutupan pos-pos pemeriksaan, tidak memberikan bahan bakar, obat-obatan, dan bahkan makanan kepada penduduk.
Pasukan Pertahanan Israel telah menargetkan rumah sakit, mengklaim Hamas memiliki pangkalan bawah tanah di bawah rumah sakit tersebut.
22 Rumah Sakit 14 Fasilitas Kesehatan di Gaza Rusak
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa 22 rumah sakit dan 14 fasilitas kesehatan lainnya di Gaza telah rusak akibat pemboman Israel sejak saat itu.
\Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan 18 rumah sakit di daerah kantong tersebut tidak dapat beroperasi akibat tindakan Israel.
Ilmuwan Palestina Mazin Qumsiyeh mengatakan kepada Sputnik News bahwa situasi di Gaza “sangat mengerikan”.
Baca juga: Joe Biden Yakin Israel Akan Gagal Kuasai Gaza
“Ada 39 bayi yang dikeluarkan dari inkubator RS Shifa,” kata Qumisyeh. “Sudah tiga orang meninggal karena dikeluarkan dari inkubator yang sudah tidak berfungsi lagi karena kekurangan listrik, oksigen dan lain sebagainya. Dan mungkin sebagian lainnya akan meninggal juga,” tuturnya.
Pasien kanker tidak lagi menerima pengobatan dan setidaknya delapan orang dilaporkan meninggal, sementara yang lain telah dipulangkan.
“Kami tidak tahu apakah mereka sudah meninggal. Mereka dipulangkan dari satu-satunya rumah sakit kanker di Gaza karena tidak ada lagi pengobatan yang bisa ditawarkan karena blokade obat-obatan,” jelas Qumisyeh.
Baca juga: Bertemu Pemimpin Hamas, Iran Akan Turun ke Medan Perang Jika Diserang Duluan oleh Israel Atau AS
“Pasien dialisis sekarat karena keracunan darah, karena mesin dialisis tidak dapat beroperasi tanpa listrik,” sebutnya.