Sheikh Naim Qassem Bersumpah Lenyapkan Israel jika Berani Usir Warga Palestina dari Jalur Gaza
Israel akan dilenyapkan jika mencoba mengusir warga Palestina dari Gaza, ujar pejabat senior Hizbullah, Sheikh Naim Qassem.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Endra Kurniawan
TRIBUNNEWS.COM - Seorang pejabat senior Hizbullah bersumpah bahwa Israel “akan dilenyapkan untuk selama-lamanya” jika mereka mencoba mengusir warga Palestina dari Jalur Gaza.
Sheikh Naim Qassem, yang menjabat sebagai wakil sekretaris jenderal Hizbullah sejak tahun 1991, menyampaikan pernyataan tersebut dalam sebuah wawancara dengan harian El Mundo yang berbasis di Spanyol, Selasa (14/11/2023).
“Jika Israel memutuskan untuk memperpanjang agresinya, maka mereka akan menggali kuburnya sendiri dan akan memberikan kesempatan yang baik untuk dilenyapkan untuk selamanya,” katanya.
Qassem merujuk pada usulan lembaga pemikir Israel untuk mengusir warga Palestina dari Gaza.
Ia mengatakan Hizbullah mencoba memaksa Israel untuk menghentikan serangannya terhadap warga sipil di Jalur Gaza.
Qassem menambahkan bahwa ada kemungkinan perang akan menjalar ke mana-mana jika Israel menolak menghentikan serangannya.
Baca juga: Rusia Sebut Iran, Lebanon dan Hizbullah Tidak Ingin Perang Israel-Hamas Menjadi Konflik Regional
“Jumlah warga sipil yang dibunuh oleh Israel meningkat setiap hari."
"Kami mempunyai rencana untuk menanggapi serangan-serangan seperti ini dan memaksa Israel untuk mengendalikannya."
"Namun itu adalah keputusan yang akan dibuat di medan perang,” ujarnya lebih lanjut.
“Mengenai apakah perang akan meluas, kemungkinan itu ada. Jika mereka menyerang kami, kami harus mempertahankan diri dan kami akan menggunakan seluruh kekuatan kami."
"Kami tidak takut dengan ancaman Israel. Kami yakin kami akan menang."
Dia mengatakan Hizbullah berada dalam “posisi yang jauh lebih baik” dibandingkan tahun 2006 ketika mereka memerangi rezim selama 33 hari.
Pentingnya posisi AS untuk menghentikan perang
Ketika diminta untuk mengomentari ancaman baru-baru ini dari seorang menteri Israel soal kemungkinan serangan nuklir, Qassem mengatakan mereka tidak takut.
“Jika Israel menggunakan senjata nuklir, maka mereka akan membunuh warga Israel terlebih dahulu sebelum membunuh kami."
"Ini adalah wilayah yang sangat kecil. Bagaimanapun, kami tidak takut dengan senjata nuklir."
Baca juga: Israel Peringatkan AS-Barat Bisa Jadi Target Hamas, Netanyahu: Ada Poros Hizbullah-Houthi
"[Pernyataan menteri] adalah contoh arogansinya."
"Negara-negara Barat harus memberi tahu kita apa pendapat mereka mengenai usulan menteri Israel itu untuk menggunakan senjata nuklir.”
Qassem kemudian ditanya tentang alasan di balik serangan terhadap pangkalan AS di Suriah dan Irak.
Ia mengatakan mereka harus menghadapi Israel dan sekutunya, yaitu AS, Perancis, Jerman dan Inggris, yang membantu dan bersekongkol dalam pembantaian Israel.
“Di sisi lain juga ada poros yang terdiri dari Amerika Serikat, Prancis, Jerman, Inggris, dan Israel."
"Ini adalah poros yang mendukung pendudukan, melegitimasi pembunuhan anak-anak dan perempuan, penghancuran rumah sakit, dan memberikan kekebalan kepada Israel untuk melanjutkan pembantaiannya.”
Dia mengatakan Amerika Serikat secara langsung mendukung pembantaian ini dan itulah mengapa menyerang Amerika sangat penting untuk menghentikan agresi terhadap Gaza.
“Intervensi AS (mengirimkan armadanya ke Laut Mediterania) adalah bagian dari reaksi kekerasan Israel dan berfungsi untuk melindunginya.”
Siapa Hizbullah?
Dilansir Aljazeera, Hizbullah adalah kelompok bersenjata dan politik Syiah asal Lebanon yang didukung oleh Iran.
Baca juga: Tak Gubris Ancaman Zionis dan Keberadaan Kapal Induk AS, Hizbullah Terus Serang Israel
Hizbullah dibentuk pada tahun 1982 untuk melawan pendudukan Israel di Lebanon selatan.
Kelompok ini muncul dari kelompok bersenjata yang dibentuk oleh Korps Garda Revolusi Islam Iran setelah invasi Israel ke Lebanon pada tahun 1982.
Kelompok Hizbullah, yang mendapat dukungan dari kalangan Muslim Syiah, adalah salah satu musuh terbesar Israel di wilayah tersebut.
Pada tahun 2021, pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah mengklaim Hizbullah memiliki 100.000 pejuang.
Hizbullah membanggakan roket yang presisi dan mengatakan mereka dapat menyerang seluruh wilayah Israel.
Amerika Serikat memperkirakan Iran telah mengalokasikan ratusan juta dolar setiap tahunnya untuk Hizbullah dalam beberapa tahun terakhir.
Kelompok tersebut, yang dipimpin oleh Nasrallah sejak tahun 1992, adalah salah satu blok politik paling berpengaruh dalam sistem politik sektarian Lebanon, dan mendapat dukungan dari sebagian besar penduduk Syiah.
Hizbullah sering dijuluki “negara di dalam negara” karena jaringan politik dan militernya yang luas yang didirikan di negara yang terbagi berdasarkan sektarian.
Apa tujuan Hizbullah?
Pejuang Hizbullah melakukan gerakan berkelanjutan untuk melawan pasukan Israel di Lebanon dan melancarkan serangan terhadap warga sipil Israel di negara lain.
Baca juga: Mengapa Israel Tunda Invasi Darat ke Jalur Gaza?
Pasukan Israel menarik diri secara sepihak dari Lebanon selatan pada tahun 2000 setelah hampir 20 tahun pertempuran mematikan.
Mundurnya Israel mendorong Hizbullah menyatakan diri sebagai tentara Arab pertama yang berhasil memaksa Israel menyerahkan kendali atas wilayah tersebut.
Israel terus menduduki Dataran Tinggi Golan di Suriah dan wilayah Palestina yang direbutnya dalam Perang tahun 1967.
Hamas telah berjuang melawan pendudukan Israel dan perluasan pemukiman ilegal di tanah Palestina.
Hizbullah mengeluarkan manifestonya setelah dibentuk.
Mereka menyoroti ideologi serta tujuan dibentuknya kelompok tersebut, salah satunya yakni mengalahkan Israel dan mengusir entitas kolonialis Barat dari Timur Tengah.
Apa bedanya Hizbullah dengan Hamas?
Hizbullah dan Hamas adalah dua kelompok yang berbeda tetapi memiliki tujuan yang sama yaitu melawan Israel.
Hizbullah adalah organisasi Lebanon.
Hamas adalah kelompok Palestina yang dibentuk di Gaza pada tahun 1987 setelah dimulainya Intifada pertama, sebuah pemberontakan melawan pendudukan Israel di wilayah Palestina.
Hamas secara politik menguasai Jalur Gaza setelah memenangkan pemilu pada tahun 2006.
Setelah serangan Hamas terhadap Israel pada hari Sabtu (7/10/2023) lalu, Hizbullah mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa mereka memantau situasi dengan cermat dan melakukan kontak langsung dengan kepemimpinan perlawanan Palestina.
Pemimpin Hizbullah dan Hamas juga pernah bertemu pada tahun 2020 untuk membahas normalisasi hubungan antara Israel dan negara-negara Arab.
Akankah Israel berperang di dua sisi?
Para analis berspekulasi bahwa faksi-faksi Palestina di Lebanon sangat ingin membuka front kedua jika Hizbullah memulai serangan.
Oleh karena itu, ada kemungkinan Lebanon terlibat dalam perang habis-habisan antara Israel dan Hizbullah, yang didukung oleh faksi-faksi Palestina.
Baca juga: Elon Musk Gratiskan Warga Israel Isi Daya Mobil Listrik di Tesla Supercharger Selama Perang
Apa peran Hizbullah di Lebanon?
Hizbullah memiliki menteri di pemerintahan dan anggota di parlemen.
Pihak-pihak di Lebanon yang menentang Hizbullah menuduh kelompok tersebut mendorong Lebanon ke dalam konflik.
Hizbullah menjadi lebih menonjol secara politik setelah Suriah, sekutu dekat Hizbullah, menarik diri dari Lebanon menyusul pembunuhan mantan Perdana Menteri Rafik Hariri pada tahun 2005.
Hariri, seorang politisi Sunni, melambangkan pengaruh Saudi dalam politik Lebanon.
Pada tahun 2016, politisi Kristen yang didukung Hizbullah Michel Aoun menjadi presiden.
Dua tahun kemudian, Hizbullah dan sekutunya memenangkan mayoritas dalam pemilihan umum pertama di negara itu dalam sembilan tahun terakhir.
Pada pemilu tahun 2022, blok politik Hizbullah kehilangan mayoritasnya tetapi kelompok tersebut terus memegang kekuasaan dalam politik negara tersebut.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)