Israel Bak Kebal Hukum Bantai Gaza, Ini yang Bikin Negara-Negara Arab Cuma Diam, Iran Ikut Mundur?
intervensi militer Iran, Yaman, Suriah, Hizbullah Lebanon, dan kelompok yang bersimpati ke perjuangan Palestina sejauh ini tidak maksimal ke Israel
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Israel Seolah Kebal Hukum Bantai Gaza, Ini yang Bikin Negara-Negara Arab Cuma Diam, Iran Mundur?
TRIBUNNEWS.COM - Lebih dari 40 hari sejak Israel melakukan bombardemen Gaza sebagai balasan dan hukuman 'kolektif' atas serangan milisi pembebasan Palestina, Hamas pada 7 Oktober 2023 silam.
Bombardemen tanpa bulu ke wilayah-wilayah sipil di Gaza itu dilakukan Israel di tengah seruan, kecaman, dan kutukan dunia internasional atas tragedi kemanusian yang terjadi.
Toh, Israel bak kebal hukum, tak peduli itu soal hak asasi kemanusiaan atau soal aturan perang, Israel melakukan apa yang mereka anggap perlu dilakukan tanpa perlu menghiraukan pihak manapun, termasuk PBB atau bahkan sekutu abadinya, Amerika Serikat (AS).
Baca juga: Damprat Rusia, Iran, dan Korut, Zelensky Sebut Israel Bisa Bertindak di Luar Hukum Internasional
AS di sisi lain, juga sibuk menerapkan standar ganda atas aksi Israel, menolak gencatan senjata dan cuma mendorong 'jeda' tetapi di balik layar meminta agar Israel segera menuntaskan misi pemberangusan Hamas dengan segala konsekuensinya.
Baca juga: Badan Intelijen Rusia: Di Balik Pintu, AS Serukan Israel Percepat Operasi Gaza, Demi Citra Biden
Di balik kelakukannya yang makin menodai kemanusiaan, Israel seperti tidak terhentikan siapapun di dunia, termasuk negara-negara Arab yang dianggap punya cukup kemampuan menandingi Tel Aviv.
Pun, sejauh ini, negara-negara tersebut baru sekadar melontarkan kutukan dan kecaman sambil berupaya memberikan bantuan sebisa mereka ke warga sipil Gaza, Palestina yang paling terdampak dari agresi militer Israel tanpa ada satu pun langkah nyata agar Israel berhenti menembak.
Lalu kenapa negara-negara di dunia, khususnya negara di Jazirah Arab, cenderung diam atas bombardemen tanpa pandang bulu ke Gaza?
Ada Nuklir yang Berkuasa
Dalam sebuah ulasan di sputnik, Jurnalis independen, Sam Husseini memberikan analisis kalau persenjataan nuklir tersembunyi yang dimiliki Israel membuatnya seolah kebal atas hukum internasional dari dakwaan apapun termasuk atas kejahatan perang.
Seperti diketahui, isu kalau Israel punya persenjataan nuklir muncul saat para menteri Israel dan pejabat berwenang lainnya di Tel Aviv memperdebatkan soal penggunaan senjata nuklir di Jalur Gaza, Palestina.
Sam Husseini menyebut, persenjataan atom Israel ini membuat sekutu atau negara-negara yang bersimpati dan membela Palestina 'berpikir dua kali' untuk menghentikan kekejaman Tel Aviv, termasuk para negara Arab dengan kekuatan militer mumpuni sekalipun.
"Senjata nuklir Israel yang tidak diumumkan memberikan para pemimpinnya impunitas (kebal) dalam melakukan kejahatan perang," kata jurnalis tersebut.
Seperti diketahui, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan perang di wilayah Palestina yang terkepung di Jalur Gaza menyusul serangan pada 7 Oktober di Israel selatan oleh sayap bersenjata gerakan Hamas dan kelompok militan lainnya.
Sejak itu Israel melakukan bombardemen brutal ke Gaza setiap hari, menyisakan sederet cerita duka tak terperi bagi pengungsi warga sipil, wanita, anak-anak, dan orang tua di sana.
Kementerian Kesehatan Otoritas Palestina, yang berbasis di Ramallah di Tepi Barat yang diduduki Israel, melaporkan per Kamis (16/11/2023) sebanyak 11.470 orang telah terbunuh dan sekitar 29.000 lainnya terluka akibat serangan gencar Israel di Gaza.
Korban tewas termasuk 4.707 anak-anak, 3.155 perempuan dan 668 orang lanjut usia – yang merupakan tiga perempat dari total korban jiwa.
Sekitar 203 pekerja kesehatan dan 36 pekerja pertahanan sipil juga tewas.
Hipokrasi AS Tutupi Nuklir dan Kejahatan Israel
Jurnalis independen Sam Husseini kepada Sputnik mengatakan kalau, Washington telah menghabiskan waktu puluhan tahun untuk menutupi rahasia umum program senjata nuklir Israel – sama seperti yang dilakukan Washington atas kekejaman sekutunya itu terhadap Palestina.
“Pemerintah AS tidak akan mengakui bahwa Israel mempunyai persenjataan nuklir,” kata Husseini.
“Jadi setelah mencermati masalah ini, tidak mengherankan bagi saya bahwa AS tidak akan mengakui kejahatan perang Israel, kejahatan Israel terhadap kemanusiaan,” katanya.
Budaya diam soal ini meluas ke seluruh spektrum politik AS, dari kelompok sayap kanan konservatif hingga sayap kiri liberal.
“Bahkan 'pasukan', atau bahkan anggota Kongres yang kritis terhadap Israel, tidak akan mengakui bahwa Israel memiliki persenjataan senjata nuklir meski sederet bukti diserahkan kepada mereka," kata Husseini.
"Ini benar-benar menunjukkan sejauh mana mereka yang disebut sebagai 'pembangkang' dalam sistem politik AS hanya menirukan apa yang dikatakan Departemen Luar Negeri. Dan hal ini sangat menyimpang dari diskusi (kejahatan perang) yang kita adakan," kata dia.
Dia menuduh para politisi AS memilih-milih di antara item-item hukum internasional, membenarkan tindakan Israel berdasarkan doktrin pertahanan nasional Piagam PBB ketika posisi Israel sebagai penjajah wilayah Palestina tidak memberikan mereka hak untuk melakukan hal tersebut.
“Dengan menyatakan Israel mempunyai hak untuk membela diri, itu adalah cara mereka yang tidak jujur untuk mengatakan bahwa kami tidak mengakui Konvensi Jenewa keempat” – yang mengamanatkan perlindungan warga sipil di zona perang –," kata Husseini.
"Tentara Israel baru saja menghancurkan patung Yasser Arafat di Tepi Barat. Apa hubungannya dengan Gaza? Ini tentang menghancurkan bangsa Palestina. Ini tidak ada hubungannya dengan Israel yang membela diri."
Iran Mundur?
Wartawan tersebut mengatakan kalau serangan Hamas adalah “mimpi basah” bagi Netanyahu, yang memberinya alasan untuk melakukan bombardemen tanpa hambatan terhadap Gaza.
Alasan ini sama seperti serangan 11 September 2001 di AS yang digunakan untuk membenarkan invasi ke Afghanistan dan Irak.
"Dia memanfaatkannya semaksimal mungkin. Yang diperlukan adalah seseorang yang menghentikannya," katanya.
Meskipun protes massal yang menuntut gencatan senjata terjadi di kota-kota di seluruh dunia, Husseini menekankan bahwa “Anda memerlukan mekanisme militer atau hukum untuk membatasinya.”
Dia berargumen bahwa intervensi militer yang dilakukan oleh Iran, Yaman, Suriah, Hizbullah Lebanon, dan kelompok lain yang bersimpati pada perjuangan Palestina sejauh ini tidak dilakukan maksimal karena takut akan pembalasan Israel.
Dia menyiratkan, Iran juga memberi aba-aba formil tidak ingin terlibat jauh dalam perang Hamas dan Israel di Gaza.
Baca juga: Khamenei Tegaskan Iran Tak Akan Ikut Perang Lawan Israel di Gaza, Sesuai Prediksi Rusia?
“Israel mempunyai persenjataan nuklir. Jadi saya pikir itulah sebabnya Iran dan perusahaan-perusahaannya mundur,” kata Husseini
“Suatu negara harus meminta konvensi genosida di Pengadilan Dunia yang akan semakin mengisolasi AS di Dewan Keamanan,” katanya mengusulkan solusi logis atas kondisi saat ini.
“Itu adalah jalan terbaik ke depan, selain segala hal lain yang dilakukan masyarakat dalam hal protes dan boikot, divestasi, sanksi, tindakan langsung, produsen senjata, dan sebagainya,” katanya.
(oln/sptnk/*)