Jet Tempur IDF Hancurkan Rumah Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, yang Pernah Kirim Surat ke Jokowi
IDF mengklaim berhasil hancurkan rumah pemimpin senior Hamas, Ismail Haniyeh. Ismail Haniyeh pernah menjadi sorotan karena mengirim surat untuk Jokowi
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengklaim berhasil menghancurkan rumah salah satu pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, di Gaza, Kamis (16/11/2023).
Namun, Ismail Haniyeh, yang menjabat sebagai kepala biro politik Hamas, sedang tidak berada di rumahnya.
News18 melaporkan Haniyeh saat ini tinggal di Qatar.
IDF mengklaim rumah tersebut kerap digunakan sebagai tempat pertemuan para pemimpin senior Hamas.
“Brigade pemadam api ke-215 di divisi 162 malam ini menyerang dengan jet tempur ke rumah Ismail Haniyeh, kepala biro politik organisasi Hamas, yang digunakan sebagai infrastruktur dan tempat pertemuan untuk pejabat senior organisasi tersebut,” kata IDF dalam sebuah postingan di X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.
Sosok Ismail Haniyeh
Baca juga: Pesan Pemimpin Iran Terhadap Pimpinan Hamas Ismail Haniyeh, Terus Didukung Tapi?
Ismail Haniyeh (60) terpilih sebagai kepala biro politik Hamas pada 2017 untuk menggantikan Khaled Meshaal.
Namun, ia sudah menjadi tokoh terkenal sejak 2006, ketika menjadi perdana menteri Palestina menyusul kemenangan telak Hamas dalam pemilihan parlemen tahun itu.
Tetapi, hubungan Hamas dengan gerakan Fatah yang dipimpin Presiden Palestina Mahmud Abbas tidak bertahan lama.
Pada 2007, Hamas mengambil kendali penuh atas Jalur Gaza.
Dianggap sebagai seorang pragmatis, Haniyeh tinggal di pengasingan sukarela, dan sering bolak-balik antara Turki dan Qatar.
Ismail Haniyeh dikatakan menjaga hubungan baik dengan para pemimpin berbagai faksi Palestina, termasuk faksi-faksi saingannya.
Di masa mudanya, pemimpin Hamas yang dikenal tenang ini pernah menjadi anggota mahasiswa Ikhwanul Muslimin di Universitas Islam Gaza.
Ia bergabung dengan Hamas pada 1987 ketika kelompok militan tersebut didirikan selama intifada atau pemberontakan Palestina pertama pecah melawan pendudukan Israel, yang berlangsung hingga tahun 1993.
Selama waktu itu, Haniyeh dipenjarakan oleh Israel beberapa kali.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.