2,3 Juta Warga Gaza Minum Air Tercemar LImbah, WHO: Wabah Kolera Jadi Ancaman Baru
Jutaan penduduk Gaza mengalami kesulitan mendapatkan air bersih hingga mereka terpaksa mengkonsumsi air tak layak minum yang telah tercampur limbah.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, JERUSALEM – Di tengah gejolak perang antara Israel dan militan Hamas, sebanyak 2,3 juta warga Gaza, Palestina yang berada di pengungsian kini terancam terkena wabah penyakit kolera.
Pernyataan ini dilontarkan organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pasca pemerintah Israel memblokade pasokan listrik Gaza. Pembatasan awalnya ditujukan untuk memukul mundur pertahanan pasukan Hamas.
Namun, dalam praktiknya pembatasan tersebut telah membuat pusat pengelolaan air tidak bisa melakukan operasi karena kehabisan bahan bakar untuk menghidupkan listrik.
Baca juga: BBM Habis, Warga Gaza Andakan Kereta Kuda untuk Moda Transportasi
Alhasil jutaan penduduk Gaza mengalami kesulitan mendapatkan air bersih hingga mereka terpaksa mengkonsumsi air tak layak minum yang telah tercampur limbah.
Osama Saqr, pengungsi di sebuah sekolah badan bantuan PBB di Khan Younis mengungkap bahwa ia harus mengisi beberapa botol dengan air kubangan untuk anak-anaknya yang kehausan.
“Itu tercemar dan tidak cocok, tapi anak-anak saya selalu meminumnya, tidak ada alternatif lain. Namun saya khawatir pada akhirnya saya akan kehilangan salah satu anak saya karena keracunan ini.”” katanya Osama kepada Al Jazeera.
Keluhan serupa juga dilontarkan Salwa Islam, akibat sulitnya mendapatkan pasokan air bersih pria berusia 45 tahun asal kamp Deir el-Balah ini terpaksa mengkonsumsi air laut asin yang direbus.
“Di manakah hak kami atas air? Perang apa yang menghalangi semua warga negara untuk makan, minum, dan semua kebutuhan hidup lainnya?” kata Salwa Islam.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat lebih dari 44.000 orang di Gaza terkena diare.
Jumlah tersebut diperkirakan dapat melonjak naik, hingga berpotensi memicu munculnya wabah penyakit kolera secara besar - besaran mengingat hingga kini orang-orang di pusat pengungsian UNRWA banyak yang melakukan buang air besar sembarangan karena keterbatasan toilet umum.
“Krisis air yang diperparah dengan kurangnya pengelolaan limbah padat, sanitasi yang buruk, serta kebiasaan buang air besar di tempat terbuka memicu penyebaran penyakit, kolera, infeksi saluran pernapasan, dan infeksi kulit lebih tinggi dari rata-rata tahunan,” jelas Richard Brennan, direktur darurat regional untuk wilayah Mediterania Timur di WHO.
Tak hanya itu, Otoritas kesehatan di Gaza juga memperingatkan kekurangan air bersih yang disebabkan oleh krisis bahan bakar berpotensi mengancam nyawa 1.100 pasien pengidap gagal ginjal, termasuk 38 anak-anak.