Peran, Posisi, dan Alasan Qatar Sering Jadi Mediator Perang Israel-Hamas
Berikut ini peran, posisi, dan alasan Qatar sering menjadi mediator di kawasan Timur Tengah hingga perang Israel-Hamas.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Inilah peran, posisi, dan alasan Qatar sering menjadi mediator di kawasan Timur Tengah hingga perang Israel-Hamas.
Di Timur Tengah, Qatar secara aktif tampil sebagai pemecah masalah dan kerap memimpin dialog.
Qatar merupakan tempat bagi beberapa pemimpin politik Hamas bermarkas.
Posisi Qatar dalam menyikapi perang Israel-Hamas sendiri jelas.
Dilansir Al Jazeera, Qatar tidak mendukung serangan Hamas terhadap Israel pada Sabtu (7/10/2023) kemarin.
Baca juga: Emir Qatar Gelar Pembicaraan di Mesir, Bahas Upaya Hentikan Perang Israel-Hamas di Gaza
Kementerian Luar Negeri Qatar mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa Israel sendirilah yang bertanggung jawab atas meningkatnya kekerasan terhadap rakyat Palestina.
Pada pertemuan puncak Organisasi Kerjasama Islam (OKI) baru-baru ini, Qatar menyerukan pesan yang lebih keras daripada kecaman terhadap Israel.
Dan sejak itu Qatar menuduh Israel melakukan genosida, pelanggaran terhadap konvensi Jenewa, dan pembantaian.
Qatar telah memimpin mediasi antara kelompok militan Palestina dan pejabat Israel untuk pembebasan lebih dari 240 sandera yang ditawan oleh militan Hamas.
Emir Qatar dengan Presiden Mesir bertemu, bahas perang Israel-Hamas
Dalam mengupayakan perdamaian antara Israel-Hamas, Emir Qatar, Syekh Tamim bin Hamad Al Thani dan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi bertemu pada Jumat (10/11/2023) di Kairo.
Keduanya membahas upaya menghentikan perang Israel-Hamas di Gaza dan mengirim bantuan kemanusiaan hingga pembebasan sandera Israel, lapor Reuters.
"Pembicaraan antara Emir Qatar dan Presiden Mesir membahas upaya intensif untuk mencapai gencatan senjata di Gaza," terang pernyataan kantor Presiden Mesir, dilansir Arab Weekly.
Baca juga: Emir Qatar Sebut Israel Tidak Boleh Diberi Lampu Hijau untuk Bunuh Warga Sipil di Jalur Gaza
Mengutip tiga sumber keamanan Mesir, Business Standard mengatakan Qatar dan Mesir menuntut jaminan keselamatan warga sipil untuk setiap kesepakatan yang mereka bantu mediasi.
Kunjungan Emir Qatar terjadi selang sehari setelah Perdana Menteri Qatar bertemu dengan Kepala Badan Intelijen Pusat AS (CIA) dan agen mata-mata Israel Mossad di Doha.
Dalam kesempatan itu, mereka membahas parameter kesepakatan pembebasan sandera dan jeda pertempuran antara Israel dan Hamas.
Mediator Qatar terus merundingkan kesepakatan antara Hamas dan Israel, seperti dilaporkan Reuters.
Kesepakatan itu mencakup pembebasan sekitar 50 sandera sipil dari Gaza dengan imbalan gencatan senjata selama tiga hari.
Tidak diketahui berapa banyak perempuan dan anak-anak Palestina di Israel yang akan dibebaskan dari penjara sebagai bagian dari kesepakatan yang sedang dibahas, lapor Al Jazeera.
Hamas telah menyetujui garis besar perjanjian tersebut.
Baca juga: Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani Kritik Lambatnya Bantuan untuk Korban Gempa Suriah
Namun Israel belum dan masih merundingkan rinciannya.
Hamas menculik sekitar 240 orang setelah meluncurkan Operasi Badai Al-Aqsa di Israel, yang menerobos perbatasan Jalur Gaza pada Sabtu (7/10/2023) pagi.
Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden yakin perjanjian untuk membebaskan sandera yang ditawan oleh Hamas di Gaza akan segera selesai.
"Saya telah berbicara dengan orang-orang yang terlibat setiap hari," kata Joe Biden kepada wartawan pada Selasa (14/11/2023) di Gedung Putih.
"Saya yakin itu akan terjadi, tapi saya tidak ingin menjelaskannya secara detail," lanjutnya.
Ketika ditanya pesan apa yang dia ingin sampaikan kepada keluarga para sandera, dia menjawab, "Bertahanlah. Ini akan datang."
Joe Biden tidak memberikan batasan waktu atau kemungkinan cakupan pembebasan sandera.
Baca juga: Emir Qatar, Sheikh Tamim Kritik Bantuan Korban Gempa Suriah yang Terlambat
Mengapa perundingan penyanderaan terbukti sangat sulit?
Pada satu sisi, hal ini merupakan pertukaran teknis tahanan politik dan merupakan tindakan rutin untuk membangun kepercayaan dalam suatu konflik.
Identitas orang-orang yang ditukar, kriteria, lokasi dan metode pemindahan harus disepakati.
Dalam hal ini, telah disepakati selama lebih dari dua minggu bahwa perempuan dan anak-anak akan menjadi pihak pertama yang dibebaskan oleh kedua belah pihak.
Daftar tersebut disusun oleh International Committee of the Red Cross (ICRC).
Namun hal ini lebih kompleks karena terkait dengan jeda kemanusiaan yang memerlukan diskusi mengenai jumlah penyeberangan perbatasan yang dibuka, bantuan yang akan diizinkan masuk, pelaksanaan pos pemeriksaan Israel, koordinasi bantuan dan tingkat dekonfliksi militer
Baca juga: Emir Qatar Serius Ingin Beli Manchester United dan Dukung Penuh Erik Ten Hag
Bagi Israel, hal ini merupakan jenis perundingan yang tidak biasa karena mereka melakukan perundingan secara tidak langsung dengan pihak-pihak yang dikatakan akan terus berperang, dikutip The Guardian.
Karena hasil konflik ini dapat menentukan masa depan Timur Tengah bagi generasi mendatang, tidak ada seorang pun yang mau menyerah terlalu dini.
Bagaimana dengan sandera lainnya?
Sekitar 7.000 warga Palestina dipenjarakan, 559 di antaranya menjalani hukuman seumur hidup karena membunuh warga Israel.
Selain itu ada sekitar 130 teroris yang ditangkap di Israel pada 7 Oktober.
Sepertiga dari tahanan adalah anggota Hamas, dan hanya sekitar 400 dari 7.000 tahanan berasal dari Gaza, dengan sebagian besar berasal dari Tepi Barat.
Kirim bantuan untuk Gaza
15 hari setelah perang meletus, Qatar mengirimkan dua pesawat bantuan untuk Jalur Gaza, Minggu (22/10/2023).
Kementerian Luar Negeri Qatar mengatakan, dua pesawat tersebut membawa 87 ton bantuan makanan dan medis ke Jalur Gaza.
Baca juga: Mauricio Pochettino Dipecat, Zinedine Zidane Makin Merapat, Pemilik PSG dan Emir Qatar Bujuk Zizou
Dikutip dari Al Jazeera, bantuan tersebut telah menuju Kota El Arish, Mesir.
"Bantuan ini merupakan bagian dari dukungan Qatar untuk rakyat Palestina di tengah kondisi kemanusiaan yang sulit akibat serangan Israel di Jalur Gaza," ujar Kemenlu Qatar, (22/10/2023).
Sementara itu, Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB (UNRWA) menyampaikan, bantuan yang paling dibutuhkan untuk saat ini adalah bahan bakar.
Direktur UNRWA di Gaza, Thomas White mengatakan, bahan bakar merupakan komoditas paling penting.
"Komoditas utama bagi kami saat ini adalah bahan bakar. Komoditas yang masuk memang penting; makanan, obat-obatan, tapi tidak termasuk bahan bakar," kata White kepada Al Jazeera dari penyeberangan perbatasan Rafah.
Perjanjian gencatan senjata Israel-Hamas
Hamas telah merilis perjanjian yang disepakati dengan Israel terkait pembebasan dan pertukaran sandera.
"Gencatan senjata sementara dari kedua belah pihak akan berlangsung selama empat hari," kata Hamas.
Hamas akan membebaskan 50 sandera yang dibawa dari wilayah Israel sejak Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023 dan Israel akan membebaskan 150 tahanan Palestina, terdiri dari wanita dan anak-anak.
Meski ada perjanjian gencatan senjata yang disepakati, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan Israel akan melanjutkan agresinya di Jalur Gaza setelah kesepakatan ini dilaksanakan.
Berikut ini poin perjanjian pembebasan sandera Israel-Hamas:
1. Israel akan menghentikan aksi militer di seluruh wilayah Jalur Gaza, termasuk pergerakan kendaraan militer
2. Sekitar 300 truk bantuan kemanusiaan, termasuk pasokan medis dan bahan bakar, akan diizinkan masuk ke Gaza
3. Drone di Gaza selatan akan berhenti selama empat hari dan akan berhenti di utara selama enam jam per hari, antara pukul 10.00 hingga 16.00 waktu setempat
4. Selama masa gencatan senjata, Israel berkomitmen untuk tidak menyerang atau menangkap siapa pun di seluruh wilayah Jalur Gaza
5. Kebebasan bergerak akan dijamin di sepanjang Jalan Salah al-Deen, namun warga Gaza dilarang kembali ke rumahnya di Gaza utara
6. 10 sandera Hamas akan dibebaskan per hari dan Israel kemungkinan bersedia memberikan satu hari jeda tambahan untuk 10 sandera lainnya.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani, Yunita)