Presiden Iran: Kesepakatan Jeda Kemanusiaan Jadi Kemenangan Palestina atas Israel
Sejauh ini, terbukti Israel gagal mencapai tujuannya dalam perang dengan Hamas, yakni ingin menetralisir milisi perlawanan.
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Presiden Iran: Kesepakatan Jeda Kemanusiaan Jadi Kemenangan Palestina atas Israel
Laporan wartawan tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Iran. Ebrahim Raisi menyebut terjadinya kesepakatan gencatan senjata sementara antara dalam konflik di Gaza merupakan kemenangan bagi Palestina.
Raisi menyatakan demikian karena sejak pertempuran meletus pada 7 Oktober 2023 hingga jeda kemanusiaan disepakati, Israel gagal mencapai tujuannya dalam perang melawan Hamas, yakni ingin menetralisir milisi perlawanan.
"Rezim Zionis belum mampu mencapai tujuannya; mereka ingin menetralisir perlawanan, tapi mereka tidak bisa," kata Raisi dikutip dari Al Arabiya, Kamis (23/11/2023).
Baca juga: Eks-Perwira Marinir AS: Gencatan Senjata Berarti Hamas Menang dan Permalukan Tentara Israel
Serangan Israel ke Palestina disebut Raisi telah membuahkan efek negatif di dunia internasional karena hanya menimbulkan kebencian global terhadap Negeri Zionis.
"Sekarang setelah gencatan senjata diumumkan, kita dapat mengatakan bahwa Palestina jelas merupakan pemenang konflik ini," ungkap Raisi.
Adapun pada Rabu, Israel dan Hamas mencapai kesepakatan gencatan senjata sementara di Gaza untuk empat hari ke depan.
Dalam waktu tersebut, militan Palestina akan membebaskan sedikitnya 50 sandera yang ditahan sejak tanggal 7 Oktober.
Di sisi Israel, mereka akan membebaskan 150 tahanan Palestina dan mengizinkan lebih banyak bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.
Namun kesepakatan ini tertunda karena Israel menyatakan tak akan memulai gencatan senjata pada Kamis, melainkan setidaknya dimulai dari Jumat.
Dalam konflik yang meletus pada 7 Oktober, Israel berjanji meluluh lantahkan Hamas dan akan menguasai Gaza.
Sebulan pasca serangan pertama pada 7 Oktober, serangan Israel ke wilayah Palestina menewaskan lebih dari 14.000 jiwa, termasuk ribuan anak-anak.
Sementara di sisi Israel, konflik tersebut menewaskan 1.200 jiwa penduduknya.