Hamas: Israel Berbuat Kecurangan, Tidak Patuhi Aturan Perjanjian Gencatan Senjata
Brigade Al-Qassam memutuskan untuk menunda pembebasan tahanan gelombang kedua sampai Israel mematuhi perjanjian yang telah disepakati.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, GAZA – Kelompok sayap militer Hamas, Brigade Al Qassam memutuskan menunda pembebasan sandera tahap kedua dengan pemerintah Israel yang seharusnya dijadwalkan pada Sabtu (25/11/2023).
Penundaan ini disampaikan sampai langsung oleh juru bicara Brigade Al Qassam, dalam keterangan resminya di Telegram Osama Hamdan, perwakilan Hamas di Lebanon, mengatakan bahwa pembebasan sandera ditangguhkan sementara waktu karena Israel telah melanggar beberapa aturan yang tertera di dalam perjanjian gencatan senjata.
“Brigade Al-Qassam memutuskan untuk menunda pembebasan tahanan gelombang kedua sampai Israel mematuhi perjanjian yang telah disepakati berdasarkan standar pembebasan tahanan,” kata Hamdan.
Baca juga: Masih Simpan Ratusan Sandera Israel, Hamas Ancam Batalkan Gencatan Senjata Gegara Tembakan IDF
Sebelumnya, seorang juru bicara militer Israel mengatakan kepada stasiun televisi BFM Prancis bahwa ada 13 sandera Israel yang diperkirakan bebas pada Sabtu kemarin.
Namun di detik – detik terakhir pembebasan, pihak Hamas secara sepihak membatalkan rencana penukaran 13 sandera tersebut.
Mengutip dari media lokal Israel Haaretz, penangguhan ini terjadi lantaran militer Israel menahan 340 truk bantuan masuk ke wilayah Gaza dengan dalih pemeriksaan.
Alasan tersebut yang membuat Hamas geram, hingga terpaksa menangguhkan pembebasan sandera taham dia.
Qatar Pastikan Pembebasan Tawanan Israel-Hamas Berlanjut
Merespon isu penangguhan tersebut, pemerintah Qatar selaku pihak penengah perjanjian gencatan senjata Israel – Hamas langsung turun tangan.
Meski melewati negosiasi yang sulit, namun Qatar berhasil melobi Brigade Al Qassam untuk melanjutkan pembebasan sandera tahap 2.
Adapun Kementerian Luar Negeri Qatar mengatakan milisi Hamas telah melepaskan 13 sandera wanita dan anak-anak asal Israel yang sempat ditangkap pada serangan 7 Oktober lalu.
"Setelah penundaan pelaksanaan pembebasan tahanan dari kedua belah pihak, hambatan-hambatan tersebut telah diatasi melalui komunikasi Qatar-Mesir dengan kedua belah pihak, dan malam ini 39 warga sipil Palestina akan dibebaskan sebagai imbalan atas pembebasan 13 tahanan Israel dari Gaza di samping 7 orang asing di luar kerangka kesepakatan," kata juru bicara Qatar, Majed Al-Ansari, mengutip CNN International.
Sementara itu untuk memastikan kesepakatan pembebasan sandera serta gencatan senjata berjalan dengan aman, pemerintah Qatar dan Kairo berjanji akan terus melakukan pembicaraan dengan semua pihak untuk mencapai kesepakatan yang berarti.
“Israel berjanji akan memperpanjang gencatan senjata jika Hamas terus membebaskan sandera dengan kecepatan setidaknya 10 orang per hari. Oleh karena itu akan memastikan akan terus memantau kelancaran gencatan senjata ini,” tutup Al-Ansari.