Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kronologi Intelijen Israel Tangkap Hacker Palestina di Malaysia, Diselamatkan Agen Turki

Dua tersangka itu adalaj Nikola Radonjic dan Fouad Osama Fouad Hijaz datang ke Istanbul untuk menemui Omar A dengan alasan menawarkan pekerjaan.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Kronologi Intelijen Israel Tangkap Hacker Palestina di Malaysia, Diselamatkan Agen Turki
DOUG MENUEZ/GETTY IMAGES
Ilustrasi hacker Palestina ditangkap agen Israel di Malaysia. 

TRIBUNNEWS.COM, TURKI - Aparat Turki kini menahan dua tersangka karena dicuriga sebagai agen mata-mata Israel, Mossad.

Tersangka ketahuan oleh intelijen Turki menyusup ke negara itu  tengah menjalankan operasi khusus.

Dua pria Israel itu awalnya mengaku pengusaha yang ingin berbisnis di Turki.




Setelah dilakukan investigasi oleh Kantor Kejaksaan Istanbul dan pengawasan selama bertahun-tahun, ketahuan jika dua pria Israel itu adalah agen mata-mata Mossad.

Satu pria bekerja di Raed Gazzal, sebuah perusahaan yang terkait dengan Badan Intelijen Israel.

Dia bertugas membujuk Omar A yang saat itu bekerja di Turki untuk menerima tawaran pekerjaan dari Gazzal.

Omar A bertahun-tahun diburu intelijen Mossad karena pernah membobol sistem pertahanan rudal Iron Dome Israel.

BERITA TERKAIT

Dua tersangka itu adalaj Nikola Radonjic dan Fouad Osama Fouad Hijaz datang ke Istanbul untuk menemui Omar A dengan alasan menawarkan pekerjaan di Gazzal.

Mereka mentransfer uang ke rekening Omar sebagai tanda bukti dan uji coba proyek yang telah mereka siapkan.

Baca juga: Cerita Tahanan Palestina yang Dibebaskan Israel, Dipukuli dan Dimasukkan Sel Isolasi

Sosok Omar yang Ditakuti Israel

Menurut surat kabar Turki Daily Sabah, Omar, lahir pada tahun 1991.

Dia lulus dari Departemen Ilmu Komputer Universitas Islam Gaza.

Dia juga menulis program hacking untuk Kementerian Dalam Negeri Gaza.

Program ini kabarnya mampu meretas ponsel dan menarik perhatian Israel.

Dia dilaporkan menerima beberapa tawaran pekerjaan yang “mencurigakan” termasuk dari perusahaan perangkat lunak Norwegia.

Omar dianggap sebagai salah satu pengembang perangkat lunak dan peretas terbaik di dunia.

Dia pindah ke Istanbul dari Kairo pada Maret 2020 untuk bekerja.

Kemudian dia memberikan pelajaran jarak jauh dalam pemrograman komputer dan perangkat lunak melalui aplikasi LinkedIn.

Di Turkiye, ia berada di bawah pengawasan ketat Mossad, yang agennya telah mencoba merekrutnya beberapa kali sejak April 2021 dengan mengirimkan mata-mata berbeda ke Istanbul.

Agen Israel dilaporkan mencoba membawa programmer muda tersebut ke Eropa dan kemudian menyelundupkannya ke ibu kota Israel, Tel Aviv.

Intelijen Nasional Turki turun tangan setelah jelas bahwa Omar akan diselundupkan ke luar negeri.

Pihak berwenang Turki memperingatkan dia untuk tidak meninggalkan negaranya.

Lalu Omar memutuskan untuk melakukan perjalanan ke Malaysia pada bulan September 2022 selama 15 hari.

Dan intelijen Turki kembali memperingatkan Omar atas tawaran pekerjaan yang mencurigakan dan memasang program pelacakan di teleponnya.

Setelah Omar mendarat di Malaysia, dilaporkan bahwa sebuah tim membawanya ke sebuah rumah di pegunungan tempat mereka menginterogasi dan menyiksanya.

Tim itu ternyata agen mata-mata Israel Mossad.

Dia  ditanyai tentang rincian program komputer dan sistem peretasannya dan diinterogasi tentang apakah dia bekerja dengan pemrogram komputer lain di Istanbul.

Setelah intervensi intelijen Turki, yang mengakses koordinatnya dari program yang dipasang di ponselnya, pemuda Palestina itu diselamatkan oleh tim khusus Malaysia.

Mereka yang menyiksa dan menginterogasinya ditangkap di Malaysia.

Setelah operasi gabungan tersebut, intelijen nasional Turki, dengan dukungan tim kontra-terorisme di Istanbul menangkap dua agen Mossad lainnya yang telah menghubungi Omar.

Omar dilaporkan telah ditempatkan di rumah persembunyian di bawah kendali intelijen nasional Turki.

Pada bulan Juli, organisasi intelijen nasional Turki mengungkap jaringan mata-mata yang dioperasikan Tel Aviv dengan 56 anggota, termasuk warga Arab Israel, warga Turki, dan Suriah.

Tujuh agen yang ditangkap dilaporkan ditugaskan bekerja untuk Mossad dengan meretas telepon, melacak pergerakan kendaraan melalui GPS dan meretas jaringan.

Pada bulan Mei, intelijen Turki menangkap beberapa agen Mossad di Istanbul karena memata-matai sasaran Iran untuk Israel.

Keputusan penangkapan tersebut bertepatan dengan hubungan diplomatik Turki dan Israel yang mencapai titik terendah baru di tengah perang Gaza, setelah kedua negara sepakat untuk mengangkat kembali duta besarnya pada tahun lalu.

Sumber: Arab News/Daily Sabah

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas