11 Fakta Gencatan Senjata Israel-Hamas, Nasib Tawanan Perang hingga Partisipasi Tel Aviv di COP28
Berikut ini fakta-fakta terkait serangan udara terbaru Israel di Gaza setelah gencatan senjata dengan kelompok militan Hamas Palestina berakhir.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
Akibat pemboman dan bentrokan Israel sejak Sabtu (7/10/2023), sekitar 60 persen rumah di Gaza hancur, lapor media pemerintah Gaza.
Setidaknya 50.000 keluarga kini kehilangan tempat tinggal.
Sekitar 250.000 unit rumah hancur.
Berdasarkan data dari otoritas kesehatan Palestina, lebih dari 15.000 orang di Gaza, termasuk sedikitnya 6.150 anak-anak, telah meninggal.
Baca juga: Eyes Never Lie, Tatapan Penuh Cinta Maya Si Sandera Israel ke Tentara Hamas, Stockholm Syndrome?
9. Di mana Hamas menyerang?
Sayap bersenjata Hamas, Brigade Qassam, mengumumkan di Telegram bahwa mereka menyerang kota Ashkelon, Sderot dan Beersheba di Israel selatan dengan serangan roket.
Kelompok itu mengatakan serangan itu adalah "sebagai respons terhadap penargetan warga sipil".
10. Bagaimana dengan nasib sandera dan tawanan Palestina?
Hampir 240 orang disandera oleh Hamas.
Dari jumlah tersebut, 127 tawanan masih berada di Gaza, dan 110 orang dibebaskan sebagai bagian dari gencatan senjata.
Israel awalnya merilis daftar 300 tahanan Palestina yang memenuhi syarat untuk dibebaskan selama jeda pertempuran.
Daftar 50 nama tahanan lainnya yang memenuhi syarat akan dirilis kemudian.
Dari 350 tahanan, 240 orang telah dibebaskan dan 110 orang masih ditahan.
Namun, pada saat yang sama, Israel telah menangkap warga Palestina dalam jumlah yang sama di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.
Baca juga: Israel Terima Daftar Nama Sandera yang akan Dibebaskan Hamas, Singgung Perpanjangan Gencatan Senjata
11. Apa selanjutnya?
Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa dengan dimulainya kembali pertempuran, Israel berkomitmen untuk mencapai targetnya dalam perang.
Partisipasi Israel dalam Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP28) ke-28 yang dimulai pada hari Kamis (30/11/2023) di Dubai juga dikritik oleh beberapa pihak.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)