Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

ICC Sebut Sengaja Menghalangi Bantuan ke Gaza Dianggap Kejahatan Perang

Jaksa Penuntut Mahkamah Pidana Internasional (ICC), Karim Khan menyebut dengan sengaja menghalangi bantuan ke Gaza termasuk kejahatan perang.

Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Nanda Lusiana Saputri
zoom-in ICC Sebut Sengaja Menghalangi Bantuan ke Gaza Dianggap Kejahatan Perang
MAHMUD HAMS / AFP
Warga Palestina berduka atas kematian orang yang mereka cintai menyusul pemboman Israel di Jalur Gaza selatan pada 5 Desember 2023, di luar sebuah rumah sakit di Khan Yunis. - Jaksa Penuntut Mahkamah Pidana Internasional (ICC), Karim Khan menyebut dengan sengaja menghalangi bantuan masuk ke Gaza termasuk kejahatan perang berdasarkan Statuta Roma. 

TRIBUNNEWS.COM - Jaksa Penuntut Mahkamah Pidana Internasional (ICC), Karim Khan menekankan pentingnya bantuan kemanusiaan diizinkan masuk ke Gaza.

Sebab, kata dia, dengan sengaja menghalangi masuknya bantuan kemanusiaan di Gaza termasuk kejahatan perang berdasarkan Statuta Roma.

Dirinya juga mengatakan, bantuan kemanusiaan dalam skala besar harus bisa masuk ke Gaza.

Mengingat saat ini jutaan warga sipil membutuhkan bantuan.

"Saya ingin menegaskan kembali dengan sejelas-jelasnya bahwa dengan sengaja menghalangi pasokan bantuan kepada warga sipil dapat merupakan kejahatan perang berdasarkan Statuta Roma," kata Khan, dikutip dari Al Jazeera.

Khan telah menghadapi kritik dari para pemimpin Palestina, termasuk utusan PBB Riyad Mansour.

Baca juga: Israel Telah Menerima 10.000 Ton Peralatan Militer dari Amerika Serikat Sejak Dimulainya Perang Gaza

Sebelumnya mereka mendesak ICC untuk meminta pertanggungjawaban Israel atas kejahatan yang dilakukan terhadap warga Palestina.

Berita Rekomendasi

Kabinet keamanan Israel pada hari Rabu sepakat untuk mengizinkan bahan bakar tambahan "minimal" masuk ke Gaza.

Kelompok hak asasi manusia dan badan-badan PBB mengatakan pengiriman bantuan sangat tidak mencukupi.

Sehingga memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah mengerikan di wilayah kantong tersebut.

Sebelumnya, dua menteri ultranasionalis Israel memprotes aliran bahan bakar ke rumah sakit dan pabrik air di Gaza.

Baca juga: Korban Tewas Warga Palestina di Gaza Tembus 16.248 Orang, Israel Terus Lancarkan Gempuran

Keduanya adalah Menteri Keamanan Israel, Itamar Ben-Gvir dan Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich.

Mereka mengatakan bahwa Israel kini mengubah garis merahnya dan mereka khawatir bahan bakar ini akan jatuh ke tangan Hamas.

Selama masa gencatan senjata, ada 60.000 liter bahan bakar yang diizinkan masuk ke Jalur Gaza setiap hari.

Jumlahnya kini menjadi 120.000 – dua kali lipat jumlah tersebut, meski masih kalah dari jumlah yang diminta Amerika, yakni 180.000 liter per hari.

Pemerintah dan tentara Israel sama-sama mengatakan bahwa bahan bakar ini akan digunakan untuk rumah sakit, pompa air, dan pabrik desalinasi agar penyebaran penyakit tidak terjadi di Jalur Gaza karena dapat berdampak pada operasi militer Israel.

Baca juga: Pejabat AS: Fase Operasi Darat Israel di Gaza Bisa Saja Berakhir Januari 2024

IDF Menuju ke Gaza Selatan

Unit artileri Israel bersiap melakukan gempuran di dekat perbatasan dengan Jalur Gaza pada hari Selasa, 5 Desember 2023 di tengah berlanjutnya pertempuran antara Israel dan kelompok militan Hamas.
Unit artileri Israel bersiap melakukan gempuran di dekat perbatasan dengan Jalur Gaza pada hari Selasa, 5 Desember 2023 di tengah berlanjutnya pertempuran antara Israel dan kelompok militan Hamas. (Gil Cohen-Magen/AFP melalui Getty Images)

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) memerangi Hamas di jantung kota terbesar di Gaza selatan.

IDF mengatakan mereka telah mengepung rumah pemimpin Hamas ketika ribuan warga sipil yang mengungsi mencari perlindungan di dekat Mesir dan di daerah terpencil di tepi pantai di wilayah kantong tersebut.

Dikutip dari Reuters, warga Gaza memadati Rafah, perbatasan dengan Mesir berdasarkan selebaran dan pesan Israel yang mengatakan mereka akan aman di kota tersebut.

Namun mereka tetap ketakutan setelah serangan Israel terhadap sebuah rumah di sana yang menewaskan 15 orang pada hari Rabu, menurut pejabat kesehatan di Rafah.

Baca juga: Tutupi Kejahatan, Israel Dituduh oleh Anggota Parlemen Eropa Sengaja Tembaki Banyak Jurnalis di Gaza

Militer Israel mengatakan mereka maju ke jantung kota terbesar di Gaza selatan, Khan Younis, untuk pertama kalinya.

Sayap bersenjata Hamas, Brigade al-Qassam, mengatakan pertempuran berlangsung sengit.

Warga mengatakan pemboman Israel semakin intens, menewaskan dan melukai warga sipil, dan tank-tank memerangi militan Palestina di utara dan timur Khan Younis.

Dalam "penggerebekan yang ditargetkan" di pusat kota Khan Younis, Israel mengatakan tentaranya "menghilangkan teroris, menghancurkan infrastruktur teroris dan menemukan senjata".

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pasukan Israel mengepung rumah pemimpin Hamas Yahya Al-Sinwar di Khan Younis.

Baca juga: Erdogan Kecam Israel yang Berencana Ciptakan Zona Penyangga di Gaza, Bela Hamas dan Beri Peringatan

"Rumahnya mungkin bukan bentengnya dan dia bisa melarikan diri tetapi hanya masalah waktu sebelum kita menangkapnya," kata Netanyahu.

Warga Khan Younis mengatakan tank-tank Israel telah mendekati rumah Sinwar, namun tidak diketahui apakah dia ada di sana.

Israel mengatakan pihaknya yakin banyak pemimpin dan pejuang Hamas bersembunyi di terowongan bawah tanah.

(Tribunnews.com/Whiesa)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas