Seiring Berlanjutnya Konflik di Sudan, SGBV Masih Jadi Ancaman Besar
Seiring berlanjutnya konflik di Sudan, Sexual and Gender-Based Violence (SGBV) atau kekerasan seksual dan berbasis gender masih menjadi ancaman besar.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Garudea Prabawati
"Dalam beberapa kasus, stigma sosial telah mendorong mereka mengalami depresi atau lebih buruk lagi," kata Ahmed.
Ia seraya menambahkan bahwa stigma tersebut akan menjadi lebih buruk ketika seorang anak dilahirkan dari hasil perkosaan.
Di masa lalu, terdapat mekanisme berbasis komunitas dan jalur rujukan untuk menangani SGBV, namun kini, para korban dibiarkan berjuang sendiri , mengalami kehamilan yang tidak diinginkan, trauma, dan komplikasi parah.
“Tidak ada akses terhadap layanan kekerasan seksual karena tidak ada layanan tersebut [pada awalnya] atau karena stigma sosial,” kata seorang aktivis perempuan Sudan, yang tidak mengungkapkan namanya.
“Semua fasilitas seperti rumah sakit, kantor polisi tempat Anda (dapat) melaporkan [pelanggaran] semuanya terhenti karena konflik dan pertempuran,” Musa melanjutkan.
Baik di luar Sudan atau yang mengungsi di dalam perbatasannya, warga sipil yang berusaha bertahan hidup di tengah kekerasan ini masih berada dalam bahaya SGBV jika tidak ada perlindungan yang diterapkan.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)