Investigasi Sebut Tembakan Tank Israel Tewaskan Jurnalis Reuters Issam Abdallah di Lebanon
Sebuah investigasi menyebutkan tewasnya jurnalis Reuters, Issam Abdallah di Lebanon akibat dari tembakan tank Israel pada 13 Oktober 2023 lalu.
Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Pravitri Retno W
"Issam adalah jurnalis yang brilian dan bersemangat, yang sangat dicintai di Reuters," pungkasnya.
Reuters menyampaikan temuannya kepada Pasukan Pertahanan Israel (IDF) peluru tank ditembakkan dari dalam wilayah Israel.
Mereka pun mengajukan pertanyaan tambahan yang rinci, termasuk apakah pasukan Israel mengetahui mereka menembaki jurnalis.
Baca juga: Bombardir Gaza, Perluasan Hunian Israel Jalan Terus, Bakal Bangun 1.738 Unit Permukiman di Yerusalem
Tanggapan IDF
CNN telah meminta Pasukan Pertahanan Israel (IDF) untuk mengomentari tuduhan tersebut.
Eylon Levy, juru bicara pemerintah Israel, mengatakan pada Kamis (7/12/2023), dia "tidak akrab" dengan laporan baru tersebut.
"Prinsip panduan dalam kampanye Israel melawan Hamas adalah kami menjunjung tinggi prinsip hukum internasional mengenai proporsionalitas, kebutuhan, perbedaan," kata Levy.
Baca juga: Foto Kedekatan Petinggi Hamas dengan Keluarga Nelson Mandela Bikin Panas Pendukung Zionis Israel
"Kami menargetkan Hamas, kami tidak menargetkan warga sipil," lanjutnya.
Juru bicara IDF, Richard Hecht, pada tanggal 14 Oktober menyebut kematian Abdallah sebagai "suatu hal yang tragis", tanpa menyebutkan namanya secara langsung atau mengakui keterlibatan Israel.
"Sebuah laporan diterima bahwa selama insiden tersebut, jurnalis terluka di daerah tersebut. Insiden ini sedang ditinjau," tulis IDF pada hari yang sama.
AFP dan HRW mengklaim dalam laporan mereka bahwa serangan tersebut adalah serangan yang "disengaja" dan ditargetkan oleh Israel terhadap para jurnalis.
"Kami tidak menargetkan jurnalis," ucap Hecht kepada Reuters saat dimintai pernyataan.
Baca juga: Teman Makan Teman, Netanyahu Gasak Biden dan Salahkan AS Saat Israel Gagal Lawan Hamas di Gaza
Dia tidak memberikan komentar lebih lanjut, kantor berita melaporkan.
Al Jazeera menuduh militer Israel "sengaja menargetkan jurnalis untuk membungkam media", dan mengatakan bahwa serangan tersebut adalah bagian dari "pola 'kekejaman berulang' terhadap jurnalis".
Investigasi Amnesty International tidak menemukan "indikasi adanya pejuang atau sasaran militer di lokasi serangan".