Strategi Israel Bombardir Rata Tanah Gaza Malah Jadi Bumerang: Hamas Justru Makin Kuat
Pejuang Palestina kini merasa lebih mudah untuk meledakkan bangunan tempat tentara Israel berlindung karena kini tak banyak bangunan yang tersisa.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Segera setelah Israel memulai operasi daratnya di Gaza selatan pada 4 Desember, Perlawanan Palestina di utara muncul bahkan lebih kuat dibandingkan hari-hari awal perang.
Memanfaatkan Jeda Waktu Saat Gencatan Senjata
Satu alasan di balik hal ini adalah gencatan senjata, gencatan senjata kemanusiaan singkat yang memungkinkan sejumlah bantuan yang sangat dibutuhkan untuk memasuki Jalur Gaza.
Bantuan tersebut tidak cukup untuk mencegah kelaparan massal di tengah perang genosida dan pengungsian sebagian besar penduduk Gaza.
Namun kenyataannya, hal ini memungkinkan milisi perlawanan Palestina di Gaza untuk berkumpul kembali dan mengembangkan strategi baru.
Ketika Israel kembali berperang pada 1 Desember, terlihat jelas kalau kemunduran besar-besaran telah terjadi di Gaza utara.
Seorang pejabat tinggi Brigade Al-Qassam, dalam sebuah wawancara dengan Al-Jazeera, memperkirakan kalau hampir 70 persen dari seluruh pasukan Israel ditarik kembali dari Gaza utara.
Baca juga: Brigade Al-Qassam: Israel Tarik Mundur 70 Persen Pasukan dari Gaza Utara, Taktik 3 Wilayah Percuma
Dia mengaitkan penarikan mundur pasukan Israel ini dengan kekuatan milisi Perlawanan Palestina.
Bagi Israel, keputusan tersebut mungkin juga dimotivasi oleh keyakinan bahwa meskipun Perlawanan di Gaza utara mungkin belum sepenuhnya dilenyapkan, namun kelompok ini pasti sudah semakin melemah.
Namun dalam beberapa hari terakhir, para analis militer, jurnalis, dan beberapa pejabat Israel mulai menyadari kebenaran yang tak terhindarkan kalau Gaza utara belum jatuh ke tangan militer Israel.
Jauh dari itu.
Tidak hanya Gaza utara yang masih berperang, namun menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh Brigade Al-Qassam, milisi Perlawanan di Gaza, utara dan selatan, justru lebih kuat dari sebelumnya.
Misalnya, Abu Obeida, juru bicara militer Brigade Al-Qassam, mengatakan bahwa “dalam 72 jam terakhir, para pejuang Al-Qassam menghancurkan seluruh atau sebagian 135 kendaraan militer di semua poros pertempuran di Jalur Gaza.”
Kendaraan-kendaraan militer ini, tentu saja berikut sejumlah besar tentara Israel yang mengoperasikan dan mengawakinya, juga ikut hancur dan terbunuh dalam pertempuran di seluruh wilayah Jalur Gaza.
Ini terjadi di sepanjang Jalur Gaza, termasuk titik terjauh di utara Gaza, tempat Israel masuk pada jam-jam pertama invasi darat.