Strategi Israel Bombardir Rata Tanah Gaza Malah Jadi Bumerang: Hamas Justru Makin Kuat
Pejuang Palestina kini merasa lebih mudah untuk meledakkan bangunan tempat tentara Israel berlindung karena kini tak banyak bangunan yang tersisa.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Daerah-daerah ini juga mencakup Shejaiya, sebelah timur Kota Gaza, yang juga termasuk dalam wilayah Jalur Gaza yang seharusnya ditaklukkan.
Rasio baru yang ditawarkan oleh Abu Obeida – hampir dua kendaraan militer Israel per jam – adalah rasio kehancuran tertinggi yang menimpa tentara Israel dalam periode tiga hari sejak dimulainya perang.
Mengapa Hal Ini Terjadi?
"Pertama, milisi perlawanan Palestina di Gaza, termasuk Hamas, pasti sudah belajar dari pengalaman perang selama dua bulan melawan Israel, termasuk lebih dari 40 hari pertempuran jalanan," tulis ulasan TC terkait situasi perang saat ini di Gaza.
Kedua, waktu yang lama juga telah menyadarkan Hamas akan cara-cara yang paling efektif dan paling tidak efektif dalam menghalau kemajuan Israel – tidak hanya dalam hal senjata, namun juga strategi militer dan bahkan temperamen para prajurit.
Ketiga, pengenalan senjata jenis baru, termasuk senapan sniper Al-Ghoul, yang dikembangkan oleh milisi Perlawanan Gaza sendiri dan digunakan dengan efisiensi tinggi setiap kali pasukan Israel berani meninggalkan kendaraan militer mereka yang sudah dibentengi.
Keempat, dampak psikologis perang.
Jika pada awal perang Israel berasumsi, kalau pembersihan etnis dan genosida pada akhirnya akan mematahkan semangat mereka yang bertempur di lapangan, maka Israel salah perhitungan.
Tingginya korban jiwa di kalangan warga Palestina – hampir 100.000 orang terbunuh, terluka dan masih hilang sejak awal perang – justru memberikan alasan yang lebih besar bagi Hamas untuk terus berperang; demi membalaskan dendam keluarga mereka dan untuk melindungi mereka yang masih hidup.
Faktor terakhir, dengan menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza – hampir separuh Gaza telah dilenyapkan – strategi militer Israel justru menjadi bumerang.
Pejuang Palestina kini merasa lebih mudah untuk meledakkan bangunan tempat tentara Israel berlindung karena kini tak banyak bangunan yang tersisa.
Strategi bombardemen yang meratatanahkan Gaza juga membuat Hamas mudah menemukan tempat persembunyian di reruntuhan, sambil tetap memanfaatkan terowongan lokal yang tak terhitung jumlahnya untuk menyerang dan kembali ke posisi mereka dengan aman.
"Meskipun perkiraan militer Israel menunjukkan kalau Israel mungkin memerlukan satu bulan lagi untuk menyelesaikan perang paling merusak di Jalur Gaza, tentara Israel harus menghadapi perlawanan yang lebih besar di setiap inci Gaza, dari titik terjauh di selatan hingga titik terjauh di wilayah utara yang seharusnya ditaklukkan," tulis ulasan TC.
(oln/pc/*)