Puji AS Cegah Resolusi PBB untuk Gencatan Senjata di Gaza, Israel: Perang Usai Jika Hamas Hancur
Veto AS untuk resolusi PBB membuat perdamaian di Gaza mustahil tercipta dalam waktu dekat. Korban tewas di kalangan sipil berpotensi terus bertambah.
Editor: Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM - Israel puji sikap Amerika Serikat yang mencegah Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi dalam mengupayakan gencatan senjata di Gaza, Palestina.
Utusan Israel untuk PBB berterima kasih kepada Presiden AS Joe Biden karena “berdiri teguh” bersama Israel.
“Sedikit cahaya di tengah kegelapan,” kata Duta Besar Gilad Erdan dalam sebuah pernyataan, mengacu pada Hanukkah, momen perayaan bangsa Yahudi yang menang atas penjajahan Yunani.
Ia menyesalkan sikap PBB yang berupaya menghentikan gempuran tentara Israel di Gaza dalam rangka menghabisi kelompok Hamas hingga ke akar.
Apalagi saat ini masih ada sandera yang belum dibebaskan oleh Hamas.
“Sangat mengejutkan bahwa ketika Hamas menembakkan roket ke Gush Dan dari pusat-pusat populasi di Gaza selatan, PBB sibuk dengan pembahasan yang terputus-putus mengenai resolusi yang menyimpang yang diarahkan ke pihak yang salah dan bahkan tidak mengutuk Hamas,” tambah Erdan.
“Gencatan senjata hanya mungkin terjadi jika semua sandera kembali dan Hamas hancur,” serunya.
Dampak veto AS
Harapan warga Gaza merasakan kedamaian sirna setelah Amerika Serikat memveto seruan dari Dewan Keamanan PBB untuk Gencatan Senjata.
Veto itu sekaligus menggugurkan dukungan 100 negara yang sepakat dilakukan gencatan senjata di Gaza. Termasuk 13 dari 15 anggota Dewan Keamanan juga sudah mendukung seruan tersebut.
Dikutip dari Al Jazeera, AS memveto resolusi PBB yang menyerukan gencatan senjata di Gaza.
Wakil duta besar AS mengatakan gencatan senjata segera di Gaza hanya akan menjadi benih bagi perang berikutnya.
Amerika Serikat memveto permintaan Dewan Keamanan PBB untuk segera melakukan gencatan senjata kemanusiaan dalam perang antara Israel dan kelompok Palestina Hamas di Gaza.
Tiga belas anggota Dewan Keamanan memberikan suara mendukung rancangan resolusi singkat, yang diajukan oleh Uni Emirat Arab pada hari Jumat, sementara Inggris abstain.