Tanda-Tanda Kudeta Militer di Ukraina Kian Jelas saat Zelensky Minta Duit Terus ke AS
pemerintahan Kiev diketahui sangat bergantung pada bantuan keuangan dan militer dari negara-negara Barat untuk memerangi Rusia.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Tanda-Tanda Kudeta Militer di Ukraina Kian Jelas saat Zelensky Minta Duit Terus ke AS
TRIBUNNEWS.COM - Berlarutnya konflik antara Ukraina dan Rusia membuat Kiev dilaporkan dalam kondisi terhuyung, baik secara politik, militer, dan ekonomi.
Seperti diketahui, perang Ukraina dan Rusia kini sudah berlangsung hampir dua tahun sejak pecah konflik pada Februari 2022.
Sejak itu, pemerintahan Kiev diketahui sangat bergantung pada bantuan keuangan dan militer dari negara-negara Barat untuk memerangi Rusia.
Baca juga: Ukraina Krisis Tentara Lawan Rusia: Marinir yang Direkrut Tak Bisa Berenang, Cuma Jadi Umpan Peluru
Tak Punya Posisi Tawar
Di awal perang, Ukraina cukup mendapat sokongan dari negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat (AS).
Namun belakangan, para pemimpin negara tersebut kini kesulitan untuk mendapatkan dana yang sangat mereka perlukan seiring dengan semakin enggannya negara-negara politik di Amerika Serikat dan Uni Eropa untuk menghamburkan uang mereka untuk keperluan militer Kiev.
Terbaru, nasib paket bantuan AS berikutnya ke Ukraina saat ini berada dalam ketidakpastian di tengah perdebatan kongres antara Partai Demokrat dan Republik.
Terkait situasi itu, komentator politik terkenal dan ekonom liberal, Prof. Rodney Shakespeare berpendapat kalau elemen dalam struktur politik AS tampaknya berharap, dengan penundaan kucuran bantuan kesekian bagi Kiev ini dapat meyakinkan Ukraina untuk berdamai dengan Rusia.
Sebelumnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky tiba di Washington DC untuk memohon lebih banyak bantuan militer dan keuangan kepada Kongres AS.
Pada dasarnya, upaya Zelensky ini mencoba meyakinkan para legislator AS kalau mengeluarkan beberapa puluh miliar dolar lagi untuk memenuhi kebutuhan perang Kiev adalah hal yang patut dilakukan.
Namun Shakespeare tampaknya mengeyampingkan upaya Zelensky ini. Bukan apa-apa, menurutnya, posisi tawar Ukraina dan Zelensky saat ini sangat lemah.
“Ukraina (seperti negara-negara Barat, yang telah melanggar semua perjanjian dengan Rusia) tidak punya apa-apa untuk dinegosiasikan (dengan Rusia),” kata dia.
“Ukraina tidak memahami hal ini, begitu pula negara-negara Barat. Saat ini, baik Ukraina maupun negara-negara Barat berpendapat kalau ada semacam kebuntuan militer. Padahal tidak ada jalan buntu – hanya hilangnya kejantanan (keberanian) Ukraina yang terus berlanjut dan membawa bencana (dan sekarang, bahkan wanita hamil),” katanya, mengacu pada upaya Kiev baru-baru ini untuk mendorong kelompok perempuan agar masuk dinas militer.
Tanda-Tanda Kudeta
Ketika realitas “situasi bencana” yang dialami Ukraina saat ini menjadi jelas, Shakespeare menilai kudeta di Kiev kemungkinan besar akan terjadi.
Dia menjelaskan, ciri-ciri tampak saat ada kabar kematian seorang perwira tinggi militer Ukraina baru-baru ini yang terbunuh oleh ledakan granat saat merayakan ulang tahunnya.
Tanda-tanda lain adalah kabar keracunan istri kepala mata-mata Ukraina.
“Semuanya mengarah ke arah yang sama (bakal adanya kudeta),”
“Ukraina akan terhuyung-huyung untuk sementara waktu, tetapi kudeta dan pengakuan atas situasi militer yang berantakan kemungkinan akan membuat persyaratan untuk mengalokasikan (atau tidak) dana baru menjadi tidak relevan dan membuat hasil perang secara keseluruhan menjadi lebih relevan (kalah),” katanya.
Shakespeare juga menekankan kalau dalam kondisi saat ini, Ukraina “akan segera runtuh” jika aliran dana dari sponsor asing Kiev terhenti.
(oln/sputnik/*)