Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Imbas Krisis Air, Perempuan Gaza Terpaksa Konsumsi Pil KB Cegah Menstruasi

Permintaan pil KB di Gaza selama beberapa pekan terakhir mengalami lonjakan hingga 4 kali lipat dari biasanya.

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Imbas Krisis Air, Perempuan Gaza Terpaksa Konsumsi Pil KB Cegah Menstruasi
afp
Ilustrasi. Permintaan pil KB di Gaza selama beberapa pekan terakhir mengalami lonjakan hingga 4 kali lipat dari biasanya. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, GAZA – Aksi blokade yang dilakukan pemerintah Israel kepada Palestina tak hanya memicu krisis stok bahan pangan, namun telah membuat jutaan warga Gaza kesulitan mengakses air bersih.

Imbas krisis ini para wanita dan anak perempuan di Gaza terpaksa mengkonsumsi pil kontrasepsi atau KB untuk menunda menstruasi di tengah serangan Israel di wilayah Gaza.

Menurut laporan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Palestina buntut fenomena ini, permintaan pil KB di Gaza selama beberapa pekan terakhir mengalami lonjakan hingga 4 kali lipat dari biasanya.

Baca juga: Terancam Kehilangan Dukungan AS, Netanyahu Tegaskan Israel akan Terus Serang Gaza sampai Hamas Kalah

“Para perempuan dewasa dan anak perempuan yang sedang menstruasi di Gaza terpaksa mengkonsumsi pil KB untuk mencegah risiko infeksi akibat krisis air bersih dan produk sanitasi,” jelas LSM Palestina , dikutip dari France24.

Sejak Israel memberlakukan blokade, pasokan air bersih yang mengalir ke Gaza semakin menyusut, parahnya setiap satu tempat penampungan yang berisi lebih dari 700 pengungsi hanya memiliki satu pancuran dan satu toilet.

Hingga Gaza terancam menghadapi bencana kesehatan, imbas runtuhnya sistem kesehatan dan meningkatnya penyebaran penyakit.

Berita Rekomendasi

Alasan ini yang membuat para perempuan di Gaza nekat untuk mengkonsumsi pil kontrasepsi, dengan tujuan menghemat air untuk mencuci.

Meski penggunaan pil KB memiliki efek samping seperti timbulnya pendarahan vagina yang tidak teratur, mual, perubahan siklus menstruasi, pusing dan perubahan suasana hati.

Bahkan akibat krisis air, tak sedikit pula perempuan di Gaza mengaku harus menggunakan kain lap dan popok saat menstruasi karena tak mampu membeli popok atau pembalut di Gaza yang harganya telah meningkat hampir dua kali lipat sejak perang.

"Saya memotong pakaian anak saya atau kain apa pun yang saya temukan, dan saya menggunakannya sebagai pembalut saat menstruasi. Ini karena airnya tidak cukup, " kata Hala Athaya, perempuan 25 tahun asal Gaza.

Hal serupa juga dialami Salma Khaled perempuan 41 tahun yang tinggal di kamp pengungsi Deir el-Balah di Gaza tengah, Khaled menuturkan akibat krisis produk sanitasi, ia terpaksa menggunakan kain lap saat menstruasi hingga menyebabkan gesekan dan infeksi kulit yang serius.

"Saya mengalami hari-hari tersulit dalam hidup saya selama perang ini. Saya sudah menstruasi dua kali dalam bulan ini, yang mana sangat tidak normal. Saya juga mengalami pendarahan hebat karena menggunakan kain lap,” ujar Salma Khaled.

Sementara itu, akibat sulitnya mendapatkan pasokan air bersih pria berusia 45 tahun asal kamp Deir el-Balah ini terpaksa mengkonsumsi air laut asin yang direbus.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat lebih dari 44.000 orang di Gaza saat ini terkena diare dan wabah kolera secara besar - besaran lantaran banyak pengungsi yang melakukan buang air besar sembarangan buntut keterbatasan toilet umum.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas