Israel Menderita Kerugian Terbesar Sejak Oktober, Tekanan Dunia Meningkat tapi Netanyahu Tak Peduli
Negara Israel telah menderita kerugian terbesar di Gaza sejak Oktober. Mereka mengumumkan bahwa mereka menderita kerugian terbesar.
Penulis: Muhammad Barir
Israel Menderita Kerugian Terbesar di Gaza Sejak Oktober, Tekanan Internasional Meningkat, Netanyahu Tak Peduli
TRIBUNNEWS.COM- Negara Israel telah menderita kerugian terbesar di Gaza sejak Oktober. Mereka mengumumkan bahwa mereka menderita kerugian terbesar dalam lebih dari sebulan setelah menyergap pasukannya di Jalur Gaza.
Saat yang sama, Israel juga menghadapi isolasi diplomatik yang semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah kematian warga sipil hasil serangan mereka dan memburuknya bencana kemanusiaan di Jalur Gaza.
Pertempuran sengit terjadi di utara dan selatan Jalur Gaza, sehari setelah PBB menuntut gencatan senjata segera karena alasan kemanusiaan di Gaza.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan bahwa pemboman tanpa pandang bulu yang dilakukan Israel terhadap warga sipil melemahkan dukungan internasional terhadap tindakan tersebut.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tak peduli dengan tekanan dari dunia, dia mengatakan bahwa tentara IDF akan terus berperang meskipun tekanan internasional semakin besar untuk gencatan senjata.
Netanyahu mengatakan kepada tentara di Gaza melalui walkie-talkie, “Kami akan melanjutkannya sampai akhir, sampai kemenangan, sampai tersingkirnya Hamas.”
Ia melanjutkan, "Saya mengatakan ini di tengah penderitaan yang luar biasa, namun juga di tengah tekanan internasional. Tidak ada yang bisa menghentikan kami." katanya.
Baca juga: Tentara Israel yang Tewas di Gaza Bertambah, Disebut-sebut karena Netanyahu Terus Berbohong
Baca juga: Israel Umumkan Kekalahan Terburuknya, Hamas: Semakin Lama Anda di Gaza, Semakin Rugi dan Kecewa
Israel mengumumkan bahwa sepuluh tentaranya tewas dalam dua puluh empat jam terakhir, termasuk seorang kolonel di Brigade Infanteri Golani dan seorang letnan kolonel yang memimpin sebuah batalion di Brigade Golani.
Ini merupakan kerugian terbesar yang dialami pasukan Israel dalam satu hari sejak 15 orang tewas pada 31 Oktober.
Tentara Israel menyatakan bahwa sebagian besar kematian terjadi di lingkungan Shujaiya di Kota Gaza, sebelah utara Jalur Gaza, di mana pasukan disergap ketika mereka mencoba menyelamatkan sekelompok tentara lain yang menyerang pejuang di sebuah gedung.
Seorang pejabat militer mengatakan bahwa Israel membayar “harga yang sangat mahal” dalam insiden tersebut.
Pejuang Hamas mengatakan insiden itu menunjukkan bahwa pasukan Israel tidak akan pernah mampu menaklukkan Gaza.
Ismail Haniyeh, kepala biro politik Hamas, mengatakan dalam pidatonya di televisi bahwa segala rencana masa depan di Gaza tanpa Hamas adalah "ilusi dan fatamorgana."
Baca juga: Israel Mengalami Kekalahan Terburuk di Gaza: 15 Tentara Tewas Termasuk Kolonel dan Letkol
Baca juga: Perlawanan Keras Militan Hamas, 9 Tentara Israel Tewas dalam Penyergapan di Kota Gaza
Daerah yang Disebut Israel Aman Ternyata Tidak aman
Pada konferensi pers IDF, juru bicara Keren Hagioff mengatakan bahwa tentara mengambil beberapa tindakan untuk mencegah jatuhnya korban sipil.
Dia menyatakan bahwa langkah-langkah ini termasuk mendorong warga sipil untuk menjauh sementara dari garis tembak, yang kini meluas ke sebagian besar wilayah Gaza.
Namun juru bicara Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) mengatakan kepada CBS News pada hari Rabu bahwa apa yang disebut sebagai zona aman di Gaza sama sekali tidak aman.
Pernyataan tentara Israel sebelumnya menunjukkan bahwa sejak mereka menetapkan zona kemanusiaan bagi warga sipil di Jalur Gaza pada 18 Oktober, 116 roket diluncurkan dari sana menuju Israel, 38 di antaranya mendarat di Gaza.
Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan, yang mengunjungi wilayah tersebut, akan berdiskusi dengan Israel mengenai perlunya serangan yang lebih tepat terhadap sasaran Hamas, kata juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby kepada wartawan.