Aksi Houthi di Laut Merah Bikin Remuk Israel: 5 Pelayaran Raksasa Mundur, Ekonomi Tel Aviv Hancur
Sejak Sanaa memulai operasi angkatan lautnya di Selat Bab al-Mandab bulan lalu, kedatangan kargo di Pelabuhan Eilat Israel turun hingga 80 persen.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Sejak Sanaa memulai operasi angkatan lautnya di Selat Bab al-Mandab bulan lalu, kedatangan kargo di Pelabuhan Eilat Israel turun hingga 80 persen.
Pada saat yang sama, biaya asuransi kelautan untuk kapal-kapal yang terkait dengan Israel telah melonjak.
Serangan di Yaman juga memaksa perusahaan pelayaran Israel, Zim, untuk mengubah rute kapalnya menjauh dari Laut Merah, sehingga memaksa mereka untuk berlayar mengelilingi Tanduk Afrika – sebuah perubahan yang menambah waktu pelayaran selama dua minggu.
Selat Bab al-Mandab adalah saluran selebar 32 km antara Yaman di Jazirah Arab dan Djibouti dan Eritrea di pantai Afrika.
Sekitar 17.000 kapal menempuh rute ini setiap tahunnya, setara dengan 10 persen perdagangan global.
Baca juga: Satgas Laut AS Masih Rencana, Ansarallah Houthi Yaman Rudal 2 Kapal Komersial yang Mau ke Israel
AS Mau Bentuk Satgas Laut
Berbicara sebelum pengumuman Maersk dan Hapag-Lloyd pada hari Jumat, penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan menuduh Ansarallah “mengancam” kebebasan navigasi di Laut Merah.
“Amerika Serikat bekerja sama dengan komunitas internasional, dengan mitra dari kawasan ini dan seluruh dunia untuk menghadapi ancaman ini,” katanya.
Awal pekan ini, Washington mengumumkan rencana untuk membentuk “satuan tugas angkatan laut” dengan sekutu regional untuk melawan Yaman.
Gedung Putih dilaporkan juga mengirim pesan ke Ansarallah, mendesak mereka untuk menghentikan serangan.
Meskipun demikian, Sanaa menegaskan, hanya kapal-kapal yang memiliki hubungan dengan Israel yang melintasi Laut Merah yang akan dianggap sebagai “target militer yang sah.”
“Angkatan bersenjata Yaman meyakinkan semua kapal yang menuju ke semua pelabuhan di seluruh dunia kecuali pelabuhan Israel bahwa tidak akan ada bahaya yang menimpa mereka dan bahwa mereka harus tetap membuka alat identifikasi,” kata pejabat Yaman pada hari Jumat.
“Tindakan kami selama operasi baru-baru ini ditujukan untuk pencegahan, bukan menenggelamkan kapal. Tapi kita punya senjata yang bisa tenggelam. Jika Zionis tidak menanggapi seruan kami untuk menghentikan agresi terhadap Gaza, akan ada fase baru yang akan sulit bagi Zionis,” kata komandan Brigade Pertahanan Pantai Ansarallah, Mayor Jenderal Muhammad al-Qadri, kepada Al- Masirah TV pada hari Jumat.
(oln/TC)