Perahu yang Bawa Migran dari Libya Terbalik, Diperkirakan 61 Orang Tewas Tenggelam
Setidaknya 61 orang tewas ketika perahu yang membawa migran yang berusaha menyeberangi Laut Mediterania, terbalik di lepas pantai Libya.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Sebuah perahu yang membawa puluhan migran ke Eropa, terbalik di lepas pantai Libya.
Setidaknya 61 orang diperkirakan meninggal dunia karena tenggelam, ujar badan migrasi PBB seperti dilansir The Evening Standard.
Dalam postingan di X, Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) mengatakan perahu tersebut meninggalkan kota Zuwara, Libya dengan sekitar 86 orang di dalamnya pada Rabu (13/12/2023) malam.
Berdasarkan keterangan para korban selamat, gelombang tinggi membuat kapal terbalik hingga menenggelamkan 61 migran.
Badan perbatasan Uni Eropa, Frontex, mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu, pesawatnya menemukan perahu karet yang sebagian kempis di zona pencarian dan penyelamatan Libya.
“Mediterania tengah masih menjadi salah satu jalur migrasi paling berbahaya di dunia,” kata IOM.
Baca juga: Cegah Korban Pekerja Migran Ilegal, Kepala BP2MI Perintahkan Petakan Kantong Rekrutmen Daerah
Insiden mematikan serupa tahun ini terjadi pada bulan Juni lalu, ketika sebuah kapal nelayan yang berisi ratusan migran tenggelam di lepas pantai Yunani setelah berangkat dari kota Tobruk, Libya.
Pelayaran tersebut, yang seharusnya berakhir di Italia, tercatat mengakibatkan 78 kematian dan 518 lainnya tidak diketahui nasibnya, menurut laporan IOM.
Tenggelam adalah penyebab utama kematian di jalur migrasi itu secara global pada paruh pertama tahun 2023.
Tercatat ada 2.200 kematian pada periode tersebut, kata laporan tersebut.
Dalam beberapa tahun terakhir, Libya menjadi titik transit dominan bagi para migran yang melarikan diri dari perang dan kemiskinan di Afrika dan Timur Tengah.
Namun, Libya terjerumus ke dalam kekacauan setelah pemberontakan yang didukung NATO yang menggulingkan dan membunuh diktator lama Muammar Gaddafi pada 2011.
Dalam beberapa tahun terakhir, pelaku perdagangan manusia mendapat keuntungan dari kekacauan yang terjadi di Libya.
Mereka menyelundupkan migran melintasi Libya, yang diapit oleh enam negara.