Gegara Perang Kemiskinan di Israel Meroket, Banyak Warga Terlilit Utang, Anak-anak Dipaksa Puasa
Israel bahkan mulai menelantarkan warganya yang biasa mendapatkan santunan dengan dalih untuk menekan pembengkakan negara
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, TEL AVIV – Tingkat kemiskinan Israel dilaporkan melonjak di tengah gejolak perang. Menurut catatan tahunan yang dirilis perusahaan riset Alternative Poverty Report 19,7 persen warga Israel kini kehilangan pendapatan imbas agresi perang.
Tak hanya itu, dalam laporannya Alternative Poverty Report juga mengungkap dampak perang telah mendorong pemerintahan Tel Aviv untuk melakukan pemangkasan bantuan ekonomi- sosial pada sejumlah lembaga amal.
“Dampak perang, badan amal yang didedikasikan untuk mendukung masyarakat miskin kini tak lagi menerima bantuan dari pemerintah Israel sejak dimulainya invasi, Padahal saat ini terjadi peningkatan jumlah permintaan bantuan,” jelas Alternative Poverty Report dikutip dari Middle East Monitor.
Baca juga: Joe Biden Akui Dirinya Zionis: Anda Tak Harus Jadi Yahudi untuk Jadi Zionis. Saya Seorang Zionis
Israel bahkan mulai menelantarkan warganya yang biasa mendapatkan santunan dengan dalih untuk menekan pembengkakan negara di tengah situasi perang di jalur Gaza, yang mengkhawatirkan imbas dari pemangkasan tersebut 81,8 persen penerima bantuan tengah terlilit utang.
Sementara 81,6 penerima bantuan lanjut usia hidup dalam kemiskinan dan 31,5 persen warga Israel menghadapi kerawanan pangan yang parah.
Impak lain yang ditimbulkan dari perang sebanyak 79,3 persen warga Israel menderita penyakit kronis lantaran kesulitan mendapatkan akses perawatan kesehatan gratis.
Bahkan tak sedikit pula masyarakat yang mengurangi porsi mak hingga memaksa anak-anaknya untuk berpuasa karena kesulitan untuk membeli kebutuhan pokok.
Selain karena dampak perang, para ekonom memperkirakan lonjakan kemiskinan yang dialami warga Israel terjadi buntut dari gerakan Boycott, Divestment, Sanctions (BDS) terhadap perusahaan Israel dan para pendukungnya.
Seruan boikot yang dilakukan oleh generasi muda melalui jejaring media sosial awalnya diterapkan sebagai sanksi bagi Israel. Namun imbas kampanye BDS banyak perusahaan yang terafiliasi dengan Israel mengalami pembengkakan kerugian hingga miliaran dolar AS.
Dampak Boikot PM Netanyahu Merugi Miliaran Dolar AS
Kendati belum ada laporan resmi terkait nilai kerugian yang diderita Israel, namun menurut data yang dirilis Al Jazeera, pada 2018 lalu Israel sempat merugi hingga 11,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp 177,37 triliun per tahun buntut gerakan boikot produk pro-Israel.
Baca juga: 6 Sandera Israel Terbunuh, Hamas: Kami Ingin Melindungi, tapi IDF Bunuh Mereka
Pernyataan itu didukung oleh data dari Bank Dunia yang menunjukkan bahwa ekspor barang-barang "intermediet" Israel mengalami penurunan tajam dari 2014 hingga 2016 sehingga menimbulkan kerugian sekitar 6 miliar dolar AS per tahun.
"BDS dilihat sebagai ancaman nyata bagi legitimasi dan pendirian Israel di tingkat global. Jika ini dibiarkan, maka akan menghancurkan Israel," kata analis politik Dov Waxman.
Kondisi tersebut kian diperparah dengan aksi boikot yang dilakukan militan Houthi terhadap kapal dagang Israel, Direktur Jenderal Pelabuhan Eilat mengatakan, bahwa delapan puluh persen pendapatan pelabuhan telah menurun usai biaya pengiriman impor - ekspor melonjak akibat Yaman melarang kapal menyeberang ke Israel.
Alasan ini yang menyebabkan Israel merugi hingga sepuluh setengah miliar shekel, atau sekitar 3 miliar dolar AS akibat terputusnya jalur Laut Merah dan Laut Arab.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.