Jenderal Razi Mousavi Dianggap Martir, Iran Potensial Kobarkan Perang Langsung Lawan Israel
Niat Israel ini menjadi alasan lain yang menyeret Iran untuk terjun langsung ke dalam peperangan, tidak lagi sebagai suporter, tetapi sebagai player.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
“(Kami tekankan) bahwa rezim Zionis yang kejam dan kejam pasti akan menanggung akibatnya atas kejahatan ini,” tulis pernyataan resmi korps Garda Revolusi Iran.
Eskalasi Iran Pontesial Meningkat dari Suporter Menjadi Player
Segera setelah operasi militer Hamas di Israel selatan dan perang mematikan Israel di Gaza pada tanggal 7 Oktober, bentrokan meletus antara milisi proksi dan sekutu Iran di wilayah tersebut dan Tel Aviv.
Bentrokan terjadi setiap hari namun 'terkendali' di area perbatasan selatan Lebanon antara kelompok Perlawanan Hizbullah, sekutu utama Teheran, dan tentara pendudukan Israel.
Meski terkendali, dalam artian jangkauan yang tidak meluas, pertempuran cenderung makin sengitu dan menyebabkan sejumlah korban tewas dan luka-luka di kedua sisi.
Adapun Teheran telah berulang kali menegaskan kalau mereka tidak memiliki kendali atas milisi-milisi sekutunya di kawasan, termasuk gerakan Ansarallah di Yaman.
Namun, Israel dan Amerika Serikat sering menuduh Iran mendalangi tindakan ‘klien’ regionalnya.
Pembunuhan Jenderal Mousavi terjadi hanya beberapa jam setelah Washington menuduh Teheran menyerang kapal Israel di Samudera Hindia.
Baca juga: Laut Merah Membara, Arab Saudi Diuji: Tunduk Pada Perintah AS atau Berdamai dengan Yaman
Teheran adalah suporter kuat milisi Perlawanan Palestina di Gaza namun belum terlibat langsung dalam perang tersebut, yang sejauh ini telah menewaskan lebih dari 20.000 warga Palestina dalam waktu kurang dari tiga bulan.
Namun status martir Jenderal Mousavi ditambah sumpah IRGC untuk membalas Israel, bakal bisa mengubah niat Iran yang selama ini tampak cenderung menahan diri.
Di sisi lain, Israel memang berniat memaksa Amerika Serikat (AS), sekutu abadi mereka, untuk secara langsung menghajar Teheran.
"Israel ingin memperluas cakupan perang, kata para analis, untuk menekan Washington agar terlibat langsung dalam serangan militer terhadap Iran," tulis laporan PC.
Serangan Israel ke Suriah yang menewaskan sang jenderal Iran ini, digambarkan analis Barat sebagai “interwar operation" alias "operasi perang antarperang,”.
Artinya serangan udara ini merupakan persiapan untuk perang lain yang akan segera terjadi.
Niat Israel ini menjadi alasan lain yang menyeret Iran untuk terjun langsung ke dalam peperangan, tidak lagi sebagai suporter, tetapi sebagai player.
Terlebih, Iran dan Israel memang musuh bebuyutan yag punya sejarah konflik.
Para ahli militer memperingatkan, keterlibatan langsung Iran akan menyebabkan perang regional yang lebih besar, yang akan memperburuk situasi yang sudah mengerikan di Gaza.
(Oln/*/PC/AJA/TC)