Mantan Komandan Tertinggi NATO: China Baru Siap Perang Lawan AS 10 Tahun Lagi
Perang antara AS dan Tiongkok diprediksi terjadi pada 2034 dipicu persoalan terkait Laut Cina Selatan. Eks-komandan tertinggi NATO bicara perang
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Mantan Komandan Tertinggi NATO: China Baru Siap Perang Lawan AS 10 Tahun Lagi
TRIBUNNEWS.COM - Persaingan antara Amerika Serikat (AS) dan China dalam kontrol dan penguasaan pasar dunia mulai mengarah ke jalur militer.
Hal itu merujuk pada analisis seorang mantan komandan tertinggi pasukan NATO, purnawirawan Laksamana Angkatan Laut AS, James Stavridis terkait persaingan kedua negara adidaya tersebut dalam bidang persenjataan jika perang pecah antara keduanya.
James Stavridis menilai, Tiongkok tidak akan mampu melawan AS jika perang pecah dalam dekade ini.
Baca juga: Profesor Militer China: Aksi Houthi Yaman Lawan AS di Laut Merah Adalah Bantuan Besar Buat Beijing
“Tiongkok, menurut perkiraan saya, tidak akan siap menghadapi AS dengan cara yang sangat matang dalam waktu sekitar 10 tahun,” kata Stavridis dalam sebuah wawancara di The Michael Medved Show, yang ditayangkan pada Rabu (27/12/2023).
Stavridis pernah menjabat sebagai panglima NATO dari tahun 2009 hingga 2013.
Sebelum memimpin NATO, ia adalah Komandan Komando Selatan AS dari tahun 2006 hingga 2009, mengawasi operasi militer di Amerika Latin.
Perang AS-China Terjadi 2034?
Pada tahun 2021, Stavridis ikut menulis novel berjudul "2034: Novel Perang Dunia Berikutnya".
Buku tersebut merupakan kisah fiksi tentang perang antara AS dan Tiongkok terkait Laut Cina Selatan.
Stavridis memberikan penilaiannya terhadap kemampuan militer Tiongkok ketika host acara, Michael Medved bertanya apakah perang AS-Tiongkok akan pecah sebelum tahun 2034.
“Meskipun Tiongkok sedang membangun armada besar-besaran, meskipun mereka bertindak sangat agresif, mereka belum siap mengerahkan semua yang mereka perlukan untuk menghadapi Armada Pasifik AS,” kata Stavridis.
Tiongkok memiliki angkatan laut terbesar di dunia, dengan lebih dari 355 kapal dalam armadanya, menurut laporan Institut Angkatan Laut AS tahun 2021.
Pada Juli, bocoran intelijen Angkatan Laut AS mengungkapkan bahwa kapasitas pembuatan kapal Tiongkok 232 kali lebih besar dibandingkan AS.
Namun hal ini, menurut Stavridis, tidak akan berpengaruh mengingat kekuatan aliansi militer AS.