Harga Minyak Naik saat Iran Kerahkan Kapal Perangnya di Laut Merah
Harga minyak naik pada hari Selasa setelah Iran mengirim kapal perang ke Laut Merah, situasi masih tegang di jalur penting pengiriman tersebut.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Harga minyak dunia naik pada Selasa (2/1/2024) setelah Iran mengerahkan kapal perangnya di Laut Merah, CNBC.com melaporkan.
Patokan minyak mentah global, Brent, melonjak 1,6 persen menjadi $78,27 per barel.
Sedangkan West Texas Intermediate AS naik 1,42 persen menjadi $72,67 per barel selama waktu perdagangan Asia.
“Setiap eskalasi konflik di wilayah ini tentu akan menambah premi risiko pada Brent,” kata Analis Energi Senior Bernstein, Neil Beveridge, kepada CNBC.
Namun, dia menekankan bahwa saat ini belum ada dampak besar.
“Kami belum pernah melihat serangan angkatan laut Iran sebelumnya."
Baca juga: Babak Baru Ketegangan di Laut Merah, Iran Kerahkan Kapal Perang Alborz, Puji Aksi Berani Houthi
"Dan selama tidak mengarah pada eskalasi, maka saya tidak melihat dampak signifikan pada level ini,” tambahnya.
Sebelumnya pada Senin (1/1/2024), Iran mengumumkan pihaknya mengirim kapal perusak Alborz melalui Selat Bab al-Mandeb yang strategis, tanpa menjelaskan rincian misi kapal perang tersebut.
Laporan menyebut bahwa operasi secara berkala dilakukan di Laut Merah untuk mengamankan rute pelayaran.
Langkah Iran ini dilakukan setelah Angkatan Laut AS menghancurkan tiga kapal Houthi Yaman, menewaskan 10 militan, menurut laporan AP.
Aksi Angkatan Laut AS itu adalah sebagai tanggapan panggilan darurat dari kapal berbendera Singapura Maersk Hangzhou yang dilaporkan diserang oleh Houthi, kata Komando Pusat AS dalam sebuah pernyataan.
Dalam sebuah pernyataan pembelaan yang dikeluarkan oleh juru bicara Houthi pada hari Minggu, kapal-kapal Houthi itu sedang melakukan tugas resmi untuk mengamankan rute maritim.
Kelompok Houthi telah menyerang kapal-kapal di Laut Merah sejak beberapa minggu terakhir.
Houthi menargetkan kapal-kapal Israel dan kapal-kapal lain yang menuju Israel atau dari Israel.
Aksi Houthi itu adalah sebagai pembalasan atas perang di Gaza yang sejauh ini telah menewaskan hampir 22.000 orang.
Perusahaan pelayaran besar berhenti melintasi rute Terusan Suez dan Laut Merah pada awal Desember.
Baca juga: Bikin Sejarah Lewati Selat Bab al-Mandab, Mau Apa Kapal Perang Alborz Iran di Laut Merah?
Kapal-kapal itu memilih mengubah rute melalui Afrika bagian selatan, meski perjalanannya memakan waktu yang lebih lama dan lebih mahal dengan tarif angkutan laut yang mencapai $10.000 per kontainer.
Kapal kontainer Jerman Hapag-Lloyd mengatakan pada Jumat bahwa pihaknya akan terus mengalihkan kapalnya di sekitar Terusan Suez.
Namun, peluncuran Operation Prosperity Guardian, sebuah kekuatan maritim multinasional, oleh AS, telah meningkatkan kepercayaan perusahaan pelayaran.
Raksasa pelayaran Denmark, Maersk, pada Minggu mengatakan akan melanjutkan operasinya di Laut Merah dan Teluk Aden.
Siapa Houthi?
Mengutip cbsnews.com, Houthi adalah kelompok Muslim Syiah yang sudah ada sejak berabad-abad yang lalu di Yaman.
Penganut Muslim Syiah merupakan minoritas di Yaman, yang mayoritas penduduknya adalah Muslim Sunni, namun jumlah mereka cukup besar, berjumlah sepertiga dari keseluruhan populasi.
Meskipun merupakan kelompok minoritas di negara tersebut, pada tahun 2012 pemberontak Houthi – yang jumlahnya hanya ribuan – berhasil memanfaatkan kerusuhan di Yaman untuk membangun pengikut setia di bagian utara negara tersebut.
Pada tahun 2014, Houthi merebut ibu kota Sanaa, yang memicu perang saudara dengan pemerintah yang didukung Barat dan Saudi.
Perang terus berlanjut, meskipun ada gencatan senjata yang terbatas.
Baca juga: Houthi Mengamuk, Perlindungan AS di Laut Merah Tak Cukup Bikin Raksasa Pelayaran Merasa Aman
Sebuah laporan di Yemen Post pada tahun 2017 mengatakan bahwa jumlah milisi dan pemerintahan pemberontak, yang menyebut diri mereka sebagai pemerintah Yaman, telah membengkak menjadi sekitar 100.000 orang.
Apakah Houthi Mengendalikan Yaman?
Pemerintahan Houthi kini menguasai sebagian besar wilayah Yaman, termasuk ibu kota Sanaa dan pelabuhan utama Laut Merah, Hudaydah.
Pemerintah yang didukung Barat, dipindahkan ke kota pelabuhan Aden di bagian selatan, namun mereka juga menguasai bagian timur negara yang berpenduduk lebih sedikit.
Houthi didukung secara luas oleh Iran.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)