IDF Klaim Hancurkan Terowongan Hamas di RS Al Shifa, Tuduh Ada Pejuang Palestina Anak-anak
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) klaim menghancurkan terowongan Hamas di Rumah Sakit Al Shifa, di Gaza, Palestina
Penulis: garudea prabawati
Editor: Bobby Wiratama
Dirinya menyebut Hizbullah tidak akan tinggal diam atas pembunuhan Saleh al-Arouri.
Dalam pernyataannya, Nasrallah mengatakan serangan Israel yang tewaskan petinggi Hamas di Beirut Selatan tersebut adalah bentuk kekalahan Israel.
“Israel telah mengalami kekalahan strategis di wilayah tersebut sejak serangan 7 Oktober 2023,” ujar Nasrallah.
Dirinya juga mengungkap bahwa pembunuhan al-Arouri adalah tindakan berbahaya yang tidak akan terjadi tanpa hukuman, mengutip Anadolu Agency.
“Apa yang terjadi kemarin dan pembunuhan Arouri sangat berbahaya,” kata Nasrallah dalam pidatonya Rabu malam.
“Serangan ini (di wilayah selatan Beirut) adalah yang pertama sejak tahun 2006,” tambahnya.
Nasrallah mengatakan pembunuhan Arouri adalah upaya Israel untuk menciptakan citra kemenangan setelah gagal mencapai tujuannya di Gaza.
Ancaman Hizbullah
Nasrallah memperingatkan Israel agar tidak menyerang Lebanon.
Namun dirnya mengancam akan melakukan perlawanan habis-habisan ‘tanpa batas’ jika terjadi perang dengan Israel.
“Jika musuh berpikir untuk melancarkan perang melawan Lebanon, maka pertempuran kita tidak akan ada batasnya, tanpa batas, tanpa aturan. Dan mereka tahu apa yang saya maksud,” kata Nasrallah.
Hizbullah pun tegas mereka tidak aka takut melawan Israel.
“Kami tidak takut perang. Kami tidak takut. Kami tidak ragu-ragu. Jika ya, kami akan berhenti di depan,” lanjutnya, mengutip Palestine Chronicle.
Nasrallah mengakhiri pidatonya dengan berjanji untuk membahas masalah ini lebih lanjut dalam pidatonya pada hari Jumat.
Petinggi Hizbullah tersebut juga mengatakan beberapa poin lainnya yakni:
Soal serangan Houthi di Laut Merah bersifat kualitatif dan efektif, mengutip Al Jazeera.
Pemerintahan AS memicu perang di Gaza dan mencegah gencatan senjata.
Israel gagal mengumumkan jumlah korban yang jumlahnya ribuan di front Lebanon.
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)