Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Rapat kabinet Israel Terkait Perilaku Tentara Tiba-tiba Berakhir dengan Perselisihan

Rapat kabinet Israel mengenai perilaku tentara tiba-tiba berakhir dengan perselisihan.

Penulis: Muhammad Barir
zoom-in Rapat kabinet Israel Terkait Perilaku Tentara Tiba-tiba Berakhir dengan Perselisihan
Ohad Zwigenberg / POOL / AFP
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (tengah) diberi nasihat saat memimpin rapat kabinet 

Ben Gvir dilaporkan membela haknya untuk mempertanyakan kepala staf, dengan mengatakan "tidak semua kritik adalah penistaan, kami adalah menteri dan ini adalah tugas kami".

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akhirnya menghentikan semua diskusi, mengakhiri pertemuan dan mengatakan bahwa pertemuan akan dilanjutkan di lain waktu.


Diskusi Panas

Pada hari Jumat, Smotrich menanggapi laporan media Israel tentang pertemuan tersebut, dengan mengatakan bahwa pertemuan tersebut tidak “meledak” dan malah pertemuan tersebut akan berakhir pada tengah malam.

“Memang dalam lima menit terakhir terjadi perdebatan sengit mengenai masalah tim penyidik, tapi suara kerasnya ada di antara para menteri, bukan di depan kepala staf,” tulisnya di X.

Dia menambahkan bahwa diskusi tersebut didasarkan pada tiga topik utama: hak untuk melakukan penyelidikan saat perang sedang berlangsung; apakah investigasi harus dilakukan secara internal dengan pihak militer, atau jika harus ada keterlibatan dari tingkat politik; dan keterlibatan Mofaz.

“Posisi saya adalah bahwa penyelidikan operasional yang dirancang untuk mengambil pelajaran yang relevan dengan kelanjutan perang harus dilakukan selama perang, dan sisanya setelah perang. Sejauh yang saya pahami, ini juga merupakan posisi kepala staf,” tambahnya sambil mengatakan bahwa keyakinannya adalah urusan tentara.

Politisi Israel Yair Lapid juga mengecam kebocoran pertemuan tersebut sebagai “aib dan bukti lebih lanjut bahwa kabinet ini berbahaya.”

Berita Rekomendasi

“Negara Israel harus mengganti pemerintah dan pemimpinnya. Orang-orang ini tidak layak atas pengorbanan dan kepahlawanan laki-laki dan perempuan IDF, dan tidak akan mampu memimpin keputusan strategis. Mereka harus pergi sekarang,” tambahnya.

Perang pecah di Israel dan Gaza pada tanggal 7 Oktober, ketika Hamas dan kelompok bersenjata Palestina melancarkan serangan terhadap Israel yang menewaskan sekitar 1.140 orang, menurut jumlah korban tewas pemerintah.

Sementara itu, Israel telah membunuh lebih dari 22.000 warga Palestina dalam serangan pemboman udara dan serangan darat, sebagian besar korban adalah kaum ibu dan anak-anak, menurut kementerian kesehatan Palestina.

(Sumber: Middle East Eye)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas