OJK: Nilai Perdagangan Bursa Karbon Rp 30,91 Miliar Per Akhir 2023
OJK menyatakan, nilai perdagangan bursa karbon mencapai Rp 30,91 miliar hingga akhir November 2023.
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Choirul Arifin
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, nilai perdagangan bursa karbon mencapai Rp 30,91 miliar hingga akhir November 2023.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi mengatakan, pada periode 26 September 2023 hingga 29 Desember 2023, ada 46 pengguna jasa di bursa karbon yang sudah mendapatkan izin.
"Per 30 November 2023 masih terdapat 41 pengguna jasa dengan total volume sebesar 494.254 ton CO2 ekuivalen dan akumulasi nilai sebesar Rp 30,91 miliar dengan rincian 30,38 persen di pasar reguler, 9,83% di pasar negosiasi, dan juga 59,79% di pasar lelang," kata Inarno dalam Konferensi Pers RDK Bulanan Desember 2023 secara daring, Selasa (9/1/2024).
Ia mengatakan,potensi perdagangan bursa karbon masih akan terus meningkat, mengingat saat ini sudah semakin banyak industri yang memiliki target net zero emission.
Bursa karbon yang umurnya masih sangat muda ini pernah dinilai sejumlah pihak tak begitu menarik. Bursa karbon terpantau sempat mengalami sepi transaksi pasca belum lama diluncurkan.
Baca juga: PLN Siap Jadi Pelaku Carbon Trading Terbesar yang Melantai di Bursa Karbon Indonesia
Berdasarkan informasi yang dihimpun Tribunnews, pada perdagangan perdana yakni Selasa (26/9/2023) bursa karbon mencatatkan nilai transaksi mencapai sekitar Rp29 miliar, tetapi pada hari kedua tidak ada transaksi yang dibukukan.
Terkait anggapan tersebut, Inarno pada Senin (9/10/2023) mengungkapkan, tidak adanya transaksi pada hari kedua bukan indikasi kurang peminatnya bursa karbon.
Dia mengatakan, karakteristik bursa karbon memang berbeda dengan bursa saham atau bursa komoditas.
Baca juga: Ini Kata Pengamat soal Sepinya Transaksi Bursa Karbon Setelah Diluncurkan
"Jadi perlu diketahui untuk tidak membandingkan dengan pasar ekuitas (pasar saham), jadi bursa karbon itu lain karakternya itu berbeda jadi bukan perdagangan yang spekulasi yang jual beli dalam satu hari akan keluar," papar Inarno.
Menurutnya, justru Indonesia dinilai melakukan awal yang baik. Meski demikian, OJK bersama stakeholder terkait tentunya akan terus melakukan evaluasi secara berkala.
"Tapi kalau dilihat dari perdagangan yang ada dan perkembangan yang ada dan tentunya akan dievaluasi secara berkala, ini menunjukkan perkembangan yang cukup baik," ungkap Inarno.
Baca juga: Bursa Karbon Bukukan Nilai Transaksi Rp 29,45 Miliar Selama Satu Bulan
"Apalagi kalau kita lihat dari negara-negara tetangga ada Singapura dan Malaysia yang butuh waktu untuk supaya ada perdagangan aktif dibutuhkan lebih dari 1 tahun, sementara kita dari sejak Launching sampai 29 September itu terjadi transaksi Rp29,2 miliar," pungkasnya.