100 Penjaga Tahanan Disandera dan Geng Bersenjata Serbu Stasiun TV, Apa yang Terjadi di Ekuador?
Suasana Ekuador makin mencekam, kekerasan terjadi di mana-mana. Para petugas keamanan berjaga. Tapi apa yang terjadi sebenarnya?
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
Noboa, yang telah bersumpah untuk tidak bernegosiasi dengan “teroris,” mengatakan kekerasan tersebut merupakan reaksi terhadap rencana pemerintahnya untuk membangun penjara baru dengan keamanan tingkat tinggi bagi para pemimpin geng yang dipenjara.
Apa Solusi Pemerintah?
Noboa mendeklarasikan keadaan darurat selama 60 hari pada hari Senin.
Selama itu, militer akan berpatroli, termasuk di penjara.
Jam malam nasional juga ditetapkan.
Keadaan seperti ini juga pernah diterapkan oleh presiden sebelumnya, Guillermo Lasso, meski tidak berhasil.
Dalam keputusan terbaru yang diterbitkan pada Selasa sore, Noboa mengatakan dia mengakui adanya konflik bersenjata internal di Ekuador.
Ia kemudian mengidentifikasi beberapa geng kriminal sebagai kelompok teroris, termasuk Los Choneros.
Keputusan tersebut memerintahkan angkatan bersenjata untuk menetralisir kelompok tersebut.
70 orang telah ditangkap sejak Senin sebagai tanggapan atas insiden seperti pengambilalihan stasiun TV, kata polisi pada hari Rabu (10/1/2024).
Sekolah-sekolah ditutup di seluruh negeri pada hari Rabu.
Kelas-kelas diadakan secara virtual dan banyak bisnis memilih tutup pada hari itu.
Koalisi Noboa terdiri dari kelompok-kelompok kiri-tengah, kanan-tengah dan sentris, yang mempunyai mayoritas di Majelis Nasional, tidak seperti Lasso.
Namun beberapa warga Ekuador mempertanyakan mengapa presiden tidak mengambil tindakan yang lebih keras terhadap geng-geng.
Noboa berencana mengajukan referendum yang berfokus pada keamanan pada akhir tahun ini.
Noboa ingin mengetahui pendapat masyarakat apakah pemerintah harus membatalkan larangan ekstradisi warga Ekuador ke luar negeri dan apakah penyitaan aset dari tersangka penjahat harus diizinkan.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)