Amerika Masukan Houthi ke Daftar Hitam Kelompok Teroris Berbahaya, Buntut Konflik Panas Laut Merah
Rencana penetapan Houthi sebagai entitas teroris mencuat setelah Gedung Putih geram sikap Houthi yang kerap kali melancarkan serangan rudal kapal.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Presiden Amerika Joe Biden tengah menyusun rencana untuk memasukan Houthi Yaman ke daftar kelompok hitam teroris global yang berbahaya, sebagai respon atas serangan yang dilakukan Houthi Yaman ke puluhan kapal kargo mitra Israel.
Rencana penetapan Houthi sebagai entitas teroris mencuat setelah Gedung Putih geram dengan sikap Houthi yang berulang kali melancarkan serangan rudal ke kapal – kapal dagang yang melintas di Laut Merah.
Adapun ketegangan ini pertama kali terjadi sejak November tahun lalu, tepatnya pasca Israel melakukan agresi ke Hamas hingga memicu aksi genosida yang menyebabkan korban tewas di Gaza melonjak mencapai 24.000 ribuan jiwa.
Pejabat Houthi beranggapan blokade dan penyerangan yang mereka lakukan adalah bentuk protes terhadap agresi Israel di Gaza, Palestina.
Baca juga: Houthi Sebut Rudalnya Hantam Kapal Entitas Israel, AS Lancarkan Serangan Baru Sasar Rudal Balistik
Namun buntut dari serangan itu, ratusan kapal dagang internasional terpaksa mengalihkan rute pelayaran menuju Cape of Good Hope untuk menghindari Laut Merah yang tengah dikuasai Houthi.
Berbagai cara telah dilakukan Amerika dan Inggris untuk menekan Houthi, termasuk melakukan penyerangan dengan menargetkan sejumlah kota besar di Yaman untuk menghentikan serangan Houthi.
Sayangnya cara tersebut tak mampu menghentikan langkah Houthi, milisi asal Yaman itu justru semakin membabi buta.
Imbasnya pasar global terancam mengalami krisis dan gangguan rantai pasokan karena penundaan pengiriman stok. Bahkan dampak dari pengalihan rute pelayaran berpotensi memicu inflasi lantaran biaya pengiriman barang naik hingga 100 persen.
“Serangan Houthi menyebabkan penundaan, karena kemacetan di pelabuhan ini membuat para pemasok asal Israel mengirimkan barangnya jauh lebih lama dari biasanya,” ujar Drewry World Container Index, yang melacak pelayaran di delapan rute utama antara AS, Eropa, dan Asia.
Alasan tersebut yang membuat AS geram, hingga Gedung Putih kembali memasukan Houthi sebagai entitas teroris, setelah tahun 2021 lalu sempat mengeluarkan Houthi dari daftar itu.
Rencana Biden Ditentang Parlemen AS
Meski penetapan Houthi sebagai entitas teroris masih dalam tahap wacana, namun hal tersebut mendapat banyak pertentangan dari sejumlah pejabat parlemen AS. Mereka menilai tindakan Biden dapat memperparah konflik di Timur Tengah.
Tak hanya itu penetapan Houthi sebagai entitas teroris juga dapat memicu pembekuan aset serta blokade bantuan material bagi warga sipil Yaman yang saat ini tengah mengalami bencana kemanusiaan paling buruk di dunia.
“Label teroris global yang ditetapkan secara khusus untuk Houthi bisa berdampak besar bagi warga sipil Yaman, karena label itu membatasi dukungan makanan, obat-obatan, dan bantuan lain yang sangat dibutuhkan Yaman,” ujar seorang pejabat senior Gedung Putih dikutip dari Wall Street Journal.