Krisis Tentara Israel Kian Parah, Setengah Batalion Brigade Hashomer Tak Mau Masuk Gaza
Jumlah desersi tentara IDF bukan lagi puluhan melainkan sudah ratusan merujuk pada informasi yang menyebut hampir setengah batalion ogah ke Gaza
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Ketergesaan Israel dalam menyiapkan personel ini dikaitkan dengan dugaan tingginya jumlah korban IDF dalam Perang Gaza.
Tentara Israel mengklaim, sebanyak 593 tentaranya telah terbunuh dan lebih dari 3.000 orang terluka sejak dimulainya perang.
Namun, perkiraan medis yang dipublikasikan di surat kabar Israel menunjukkan kalau jumlah tentara IDF yang menjadi korban tewas, luka-luka permanen, dan cacat, jauh lebih tinggi.
Menurut laporan yang diterbitkan oleh situs berita Israel Walla, 4.000 tentara Israel menjadi cacat sejak awal perang dan perkiraan menunjukkan bahwa jumlahnya bisa meningkat menjadi 30.000.
Prajurit Tak Kebagian Seragam
Hal yang menarik dari Brigade Hashomer adalah, menurut juru bicara militer Israel, yang dikutip oleh KAN, pasukan ini adalah brigade cadangan yang dibentuk sekitar sebulan yang lalu di bawah intensitas tinggi peperang.
Artinya, brigade ini dibentuk sebagai respons terhadap kebutuhan operasional IDF akan personel.
”Misi utama brigade ini adalah untuk menangani mengenali kesenjangan logistik dan medis bagi pasukan tempur,” tulis laporan tersebut.
Karena infrastruktur personel militer, sebuah brigade tidak dapat berfungsi tanpa separuh pasukannya, karena setiap prajurit menjalankan fungsi tertentu di setiap unit.
"Hal ini menunjukkan bahwa militer Israel, yang menderita kerugian besar pada tanggal 7 Oktober di tangan Perlawanan Palestina, masih belum mampu mengatasi akar permasalahannya yang berujung pada kekalahan awal tersebut," tulis laporan merujuk pada miskoordinasi yang maish terus terjadi di tubuh IDF merujuk pada desersinya ratusan prajurit ini.
Pun menurut laporan tersebut, masalah IDF kini juga lebih besar dari soal miskoordinasi dan rantai komando, yaitu kekurangan logistik militer, termasuk seragam.
“Ada tentara yang hingga satu setengah hari sebelum masuk (gabung batalyon) tidak mendapatkan seragam atau sepatu (militer),” kata seorang tentara cadangan Israel bernama D kepada KAN.
“Tidak ada petugas medis, tidak ada rompi, para prajurit tidak saling kenal. Tidak dapat dipahami bagaimana mereka ingin memasukkan kekuatan seperti itu ke Jalur Gaza – tidak memenuhi syarat dalam arti sebenarnya,” tambah tentara tersebut.
(oln/wlla/kan/pc/*))