Jawab Tudingan Rusia, Prancis Bantah Sediakan Jasa Tentara Bayaran untuk Ukraina
Pada hari Kamis (18/1/2024), Rusia juga memanggil duta besar Prancis di Moskow, Pierre Levy, ke kementerian luar negeri terkait dugaan tentara bayaran
Penulis: Bobby W
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Prancis menyangkal klaim Rusia yang menyebut adanya keberadaaan tentara bayaran Prancis di Ukraina.
Klaim tersebut dinyatakan oleh Kementerian Pertahanan Rusia yang menyatakan pasukannya telah membunuh sejumlah tentara asing non-Ukraina pada awal pekan ini.
"Prancis membantu Ukraina dengan pasokan materi militer dan pelatihan militer, sepenuhnya sesuai dengan hukum internasional," ungkap pihaknya.
"Hal ini dilakukan untuk membantu Ukraina dalam perjuangannya mempertahankan kedaulatannya, kemerdekaannya, dan integritas wilayahnya," kata Kementerian Luar Negeri Prancis pada hari Kamis (18/1/2024).
"Prancis tidak memiliki tentara bayaran, baik di Ukraina maupun di tempat lain, berbeda dengan pihak yang lain," tambahnya menyindir Rusia yang menggunakan jasa Tentara Wagner.
Pada hari Kamis, Rusia juga memanggil duta besar Prancis di Moskow, Pierre Levy, ke kementerian luar negeri terkait dugaan tentara bayaran Prancis tersebut, lapor agensi berita negara Rusia TASS.
"Sehubungan dengan penghancuran oleh pasukan bersenjata Rusia dari posisi penempatan sementara pejuang asing di Kharkiv, di antaranya ada puluhan orang Prancis, duta besar Prancis telah dipanggil ke Kementerian Luar Negeri," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova.
Moskow mengatakan pada hari Rabu bahwa pasukannya telah melancarkan serangan terhadap sebuah bangunan di kota terbesar kedua Ukraina, Kharkiv.
"Pada Selasa malam 16 Januari, pasukan bersenjata Federasi Rusia melakukan serangan presisi terhadap posisi penempatan sementara militan asing di kota Kharkiv, yang intinya adalah tentara bayaran Prancis," kata Kementerian Pertahanan Rusia dalam sebuah pernyataan.
Mereka mengatakan bangunan itu hancur dan lebih dari 60 orang tewas, meskipun tidak memberikan bukti untuk klaim tersebut.
Setelah serangan pada kota Ukraina pada hari Selasa, gubernur wilayah Kharkiv, Oleh Syniehubov, mengatakan tidak ada target militer di area yang diserang oleh Rusia.
Pihak berwenang setempat mengatakan 17 warga sipil terluka dalam serangan tersebut.
Baca juga: Menhan Inggris Prediksi Perang Global Bakal Terjadi selama 5 Tahun, Libatkan Barat hingga Rusia
Ditemui terpisah, pihak Ukraina juga membantah mereka menggunakan jasa tentara bayaran mengingat jumlah amunisi untuk militer mereka sendiri sedang mengalami kekurangan.
"Kekurangan amunisi adalah masalah yang sangat nyata dan mendesak yang dihadapi oleh angkatan bersenjata kita," kata Menteri Pertahanan Ukraina Rustem Umerov di platform media sosial X, pada Kamis (17/1/2024).
"Koalisi artileri ditujukan untuk menyelesaikan masalah ini," katanya setelah berbicara melalui video link dengan kelompok kontak Ramstein, yang mengumpulkan lebih dari 50 negara yang mendukung Ukraina.
"Kita perlu memperkuat kemampuan pertahanan Ukraina untuk melindungi dunia bebas dari kejahatan Rusia," tambahnya.
Pertemuan itu terjadi ketika Rusia mengklaim pasukannya telah mengusir pasukan Ukraina dari Vesele, sebuah desa di dekat kota Bakhmut di Ukraina timur.
(Tribunnews.com/Bobby WIratama)