Rekonstruksi Perumahan Gaza Pasca Perang Bisa Habiskan Rp 233 Triliun
Angka tersebut menunjukkan biaya rekonstruksi yang jauh lebih besar dibandingkan anggaran untuk membangun kembali Gaza
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, YERUSALEM – Menurut laporan analis Dana Investasi Palestina, Mohammed Mustafa setidaknya pemerintah pusat perlu menggelontorkan dana sebesar 15 miliar dolar AS atau sekitar Rp 233 Triliun (kurs Rp 15.500/dolar AS) untuk membangun kembali perumahan di Jalur Gaza yang telah hancur di rudal Israel.
“Untuk membangun kembali unit rumah di Gaza yang hancur pemerintah Palestina membutuhkan miliar dolar AS, asumsi biaya rata-rata 100.000 dolar per unit. Apabila ada 150.000 bangunan, itu berarti biaya yang dibutuhkan bisa mencapai 15 miliar dolar AS,” ujar Mustafa di Forum Ekonomi Dunia.
Baca juga: Israel Iming-imingi Uang Rp 87,5 Juta Per Bulan Per Keluarga Agar Warga Israel Tinggal di Dekat Gaza
“Itu baru biaya untuk perumahan, kami masih belum membicarakan infrastruktur, rumah sakit yang rusak, serta jaringan listrik,” imbuh Mustafa sebagaimana dikutip dari Alarabiya
Angka tersebut menunjukkan biaya rekonstruksi yang jauh lebih besar dibandingkan anggaran untuk membangun kembali Gaza di tahun 2014 silam, tepatnya pasca perang antara Hamas dan Israel pecah selama tujuh minggu.
Dimana saat itu pemerintah Qatar hanya menghabiskan biaya 1 miliar dolar AS untuk membangun proyek perumahan dan sejumlah fasilitas pendukung untuk warga Palestina yang tinggal di Gaza.
Kendati total rumah yang hancur di Palestina telah mencapai 70.000 unit sementara jumlah bangunan yang mengalami rusak parah tembus 360.000 unit. Namun Mustafa mengatakan kepemimpinan Palestina dalam jangka pendek, akan fokus memanfaatkan bantuan untuk mencukupi kebutuhan makanan dan air para pengungsi yang telah membludak hingga 2,3 juta orang
Apabila bantuan kemanusian dan medis telah pulih, barulah pemerintah akan mengalihkan fokusnya untuk menggarap rekonstruksi perumahan Gaza.
“Langkah pertama untuk jangka pendek kami harus membawa makanan, obat-obatan, air dan listrik kembali ke kantong yang terkepung, setelah itu fokusnya akan bergeser ke rekonstruksi,” jelas Mustafa.
200 Situs Bersejarah di Gaza Berubah Jadi Gurun
Selain menghancurkan perumahan warga Palestina dan menewaskan lebih dari 24.000 nyawa, serangan Israel di Gaza yang pecah sejak 7 Oktober silam telah membuat 200 situs bersejarah di Gaza berubah menjadi reruntuhan gurun.
Salah satunya Museum Rafah, museum koin kuno ini didirikan setelah pemerintah Palestina menghabiskan waktu sekitar 30 tahun untuk mengumpulkan koin kuno, pelat tembaga dan perhiasan. Namun akibat serangan udara Israel pada 11 Oktober lalu, sebagian besar bangunan Museum Rafah hancur.
Baca juga: Israel Tetap Tolak Usulan Berdirinya Negara Palestina Pasca Perang di Gaza
Situasi serupa juga terlihat di Perpustakaan Masjid Agung Omari di Kota Gaza. Sebelum hancur bangunan ini pernah dipenuhi oleh 20.000 manuskrip langka, termasuk Al-Qur'an kuno, biografi Nabi Muhammad SAW, dan buku-buku kuno mengenai filsafat, kedokteran dan mistisisme sufi.
Sementara itu Kementerian Pariwisata dan Purbakala Palestina memperkirakan ada 104 masjid telah rusak dan hancur akibat serangan Israel, termasuk Masjid Sayed al-Hashim yang dibangun pada abad ke-12. Masjid batu kapur bersejarah yang menjadi tempat makam kakek buyut Nabi Muhammad SAW, Hashim bin Abd Manaf.