Demi Sandera Bebas, Israel Tawarkan Gencatan Senjata 2 Bulan, tapi Ogah Lepas Tahanan Palestina
Israel menawarkan gencata senjata selama dua bulan kepada Hamas demi pembebasan sandera di Gaza tetapi dengan syarat tidak melepas tahanan Palestina.
Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Pravitri Retno W
Di sisi lain, penasihat senior Biden untuk Timur Tengah, Brett McGurk, telah melakukan perjalanan ke Mesir pada Minggu (21/1/2024) dan melanjutkan ke Qatar selaku mediator Israel dan Hamas.
Terkait usulan gencatan ini, para pejabat AS pun menilai sebagai satu-satunya jalan yang layak dicapai di Gaza.
Kini, para pejabat Israel masih menunggu tanggapan dari Hamas terkait usulan gencatan senjata selama dua bulan ini.
Hamas Desak Israel Setop Perang
Meski belum ada tanggapan soal usulan gencatan selama dua bulan dari Israel, Hamas selama ini justru tetap menyerukan agar perang di Gaza segera dihentikan.
Dikutip dari Reuters, Hamas menyerukan hanya rakyat Palestina yang akan menentukan masa depan wilayah kantong tersebut.
Hal ini diketahui lewat dokumen yang diterbitkan Hamas setebal 16 halaman dengan judul “Narasi Kami” pada Minggu waktu setempat.
“Hamas mendesak segera penghentian agresi Israel di Gaza, kejahatan dan pembersihan etnis yang dilakukan terhadap seluruh penduduk Gaza,” tulis Hamas dalam dokumen tersebut.
“Tidak ada pihak di dunia ini yang berhak mengambil keputusan atas nama mereka,” sambungnya.
Pernyataan penghentian perang juga sempat disampaikan Hamas lewat salah satu anggota biro politiknya, Izzat al-Rishq.
“Kepemimpinan Hamas menginginkan penyetopan agresi dan penindasan yang menyeluruh, bukan sementara,” katanya pada 26 Desember 2023 lalu, dikutip dari AP.
Adapun pernyataan Izzat ini untuk menepis informasi adanya pertemuan antara Hamas dan Jihad Islam di Mesir terkait gencatan senjata.
Uni Eropa Terus Upayakan Perdamaian
Sementara, Uni Eropa terus berniat agar perundingan perdamaian untuk mengakhiri perang di Gaza tanpa keterlibatan Israel.
Adapun niatan ini tertuang dalam sebuah dokumen internal Uni Eropa yang berisi 12 poin yang dibuat oleh badan urusan luar negeri Brussels dan menyatakan bahwa “tidak realistis untuk mengasumsikan bahwa Israel dan Palestina akan segera terlibat dalam negosiasi perdamaian bilateral”.
Baca juga: Sudah Gatal Hancurkan Lebanon, Komandan Israel Malah Desak Gencatan Senjata dengan Hizbullah
Sebaliknya, blok tersebut mengusulkan perundingan paralalel dengan AS, PBB, Mesir, Yordania, Arab Saudi, dan Liga Arab, sembari mengancam dijatuhkan konsekuensi kepada Israel jika menolak terlibat dalam upaya perdamaian.