Krisis Obat, UNICEF: 1.000 Anak Gaza Jalani Amputasi Tanpa Anestesi
1.000 anak Gaza yang jalani operasi tanpa menggunakan anastesi imbas krisi pasokan obat - obatan pasca Israel melakukan blokade bantuan kemanusian
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Garudea Prabawati
Tak hanya memblokade bantuan kemanusian, militer Israel juga turut menghentikan akses air dan aliran listrik yang masuk ke wilayah Gaza.
Kondisi ini yang kemudian membuat sejumlah rumah sakit termasuk RS Al-Shifa tidak dapat beroperasi secara maksimal. Ini karena sejumlah alat kehilangan fungsi karena terputus dari jaringan listrik.
Dengan stok dan bantuan yang terbatas, para dokter dan perawat rumah sakit di seluruh Gaza mulai putar otak memanfaatkan peralatan yang ada untuk menyelamatkan korban yang masih hidup.
Dokter-dokter di RS bahkan menggunakan senter di HP mereka untuk menambah cahaya saat menangani pasien.
"Mereka [pasukan Israel] membunuh orang secara langsung, tetapi sebagian lagi meninggal karena tak mendapat penanganan yang layak," ujar Ahmed.
Korban Tewas Gaza Tembus 25 Ribu Jiwa
Kendati sejumlah negara besar termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengecam tindakan agresi yang dilakukan Israel.
Namun hal tersebut tak lantas membuat negara Zionis situ mundur, jutsu Israel semakin gencar melakukan serangan hingga korban tewas di wilayah Palestina yang dilanda perang mencapai 25.000 jiwa.
Dalam laporan Kementerian Kesehatan yang berbasis di Gaza, korban jiwa yang menjadi sasaran Israel mayoritas merupakan kelompok anak dan perempuan.
Sementara itu, sejak agresi Gaza pecah pada 7 Oktober lalu setidaknya 62.388 orang mengalami luka parah akibat rudal militer Israel.
(Tribunnews.com/ Namira Yunia)