Presiden Israel Isaac Herzog Muak ke ICJ soal Genosida, Sekutu AS Stop Bansos, Rusia-China Siaga
Hasil keputusan Mahkamah Internasional (ICJ) soal genosida Gaza membuat Presiden Israel, Isaac Herzog merasa muak
Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Israel, Isaac Herzog menyebut Mahkamah Internasional (ICJ) salah mengartikan komentarnya terhadap peperangan di jalur Gaza.
Pada Minggu (29/1/2024), Isaac herzog menuduh maksud pengadilan dunia PBB tak sesuai dengan kata-katanya dalam sebuah kebuputsan.
Keputusan yang dimaksud tentang memerintahkan negaranya untuk melindungi warga Palestina dan mencegah genosida.
ICJ dalam putusannya pada Jumat (26/1/2024), mengutip pernyataan yang dibuat oleh para pemimpin Israel sebagai bukti hasutan dan bahasa yang tidak manusiawi terhadap warga Palestina.
Pernyataan itu termasuk komentar Herzog hanya beberapa hari setelah serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober yang menewaskan 1.200 orang.
Berbicara tentang warga Palestina di Gaza pada jumpa pers tanggal 12 Oktober, ia mengatakan “seluruh bangsa” bertanggung jawab atas pembantaian tersebut, demikian laporan Mahkamah Internasional.
Namun Herzog mengatakan pihaknya mengabaikan komentar-komentar lain dalam tudingan yang sama, di mana ia mengatakan “tidak ada alasan” untuk membunuh warga sipil yang tidak bersalah, dan Israel akan menghormati hukum perang internasional.
Baca juga: Tolak Putusan Mahkamah Internasional Terhadap Israel, Hakim Uganda Tidak Diakui Negaranya Sendiri
“Saya muak dengan cara mereka memutarbalikkan kata-kata saya, menggunakan kutipan yang sangat, sangat parsial dan terfragmentasi, dengan tujuan mendukung argumen hukum yang tidak berdasar,” katanya Isaac herzog dikutip dari The National News.
Sekutu AS Stop Pendanaan
Amerika Serikat dan enam sekutunya dilaporkan mengumumkan rencana mereka untuk menghentikan sementara pendanaan ke Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB (UNRWA) untuk pengungsi Palestina.
Langkah diumumkan setelah Mahkamah Internasional (ICJ) mengeluarkan keputusannya pada Jumat (26/1/2024) yang berpihak pada PBB.
Baca juga: ICJ Larang Israel Lakukan Genosida, AS Tarik Dana dari UNRWA, Rusia-China Ambil Alih Pendanaan Gaza?
Keputusan ICJ itu memerintahkan Israel untuk mencegah genosida di Jalur Gaza yang terkepung.
Segera setelah putusan ICJ terhadap Israel, Pemerintah AS, yang merupakan donor terbesar badan tersebut, membuat pengumuman pada Jumat dan diikuti oleh Kanada.
Pada hari Sabtu, Inggris, Finlandia, Australia, Italia, dan Belanda juga mengikuti langkah yang sama.
Organisasi-organisasi internasional telah memperingatkan selama berbulan-bulan kalau Gaza berada di ambang kelaparan massal di tengah serangan Israel terhadap infrastruktur dan blokade yang diberlakukan secara ketat.
Tuding UNRWA Bantu Hamas
Keputusan AS Cs itu juga diambil setelah badan pengungsi PBB tersebut memecat 12 pegawai pada Jumat yang diklaim Israel ikut serta dalam serangan Hamas pada 7 Oktober di negara tersebut.
Sebelumnya pada hari sama, Mahkamah Internasional (ICJ) yang berpihak pada PBB mengeluarkan keputusan yang mendesak Israel untuk mengambil langkah-langkah untuk mencegah genosida di Jalur Gaza dan menghukum pejabat pemerintah yang melakukan pembunuhan massal, tanpa secara langsung menuduh Israel melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Israel belakangan memang menunjukkan serangan dan kritik keras mereka ke UNRWA, salah satu lembaga pemberi kerja terbesar di Jalur Gaza, yang menuding lembaga PBB untuk pengungsi Palestina itu justru membantu perlawanan Hamas.
Awal pekan ini, Israel kembali melontarkan tuduhannya ke UNRWA, sebuah langkah yang dinilai banyak analis sebagai langkah antisipasi Israel agar UNRWA tidak ikut membantu melawan negara tersebut dalam gugatan kasus genosida yang diajukan Afrika Selatan ke ICJ.
Pemerintah Israel pada umumnya dan Benjamin Netanyahu pada khususnya memang telah lama berupaya mendiskreditkan PBB, di mana negara-negara Arab sering memimpin pemungutan suara Majelis Umum yang berhasil mengkritik Israel.
Sementara itu AS telah menggunakan kursi tetapnya di Dewan Keamanan PBB untuk memveto setiap keputusan yang mengikat sekutu abadinyanya di Timur Tengah tersebut
Pejabat pertahanan Israel pertama kali menyampaikan tuduhan mereka terhadap UNRWA dalam beberapa hari terakhir, dengan mengatakan analisis intelijen mengkonfirmasi tuduhan tersebut dalam dua minggu terakhir.
Seorang juru bicara militer Israel juga mengklaim negaranya memiliki “bukti yang menunjukkan penggunaan fasilitas UNRWA untuk tujuan teroris.”
Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini mengatakan tuduhan tersebut sedang diselidiki dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada Jumat yang menyatakan bahwa setiap karyawan yang ditemukan terlibat dalam serangan 7 Oktober akan “dimintai pertanggungjawaban, termasuk melalui tuntutan pidana.”
Israel belum secara terbuka membagikan bukti-bukti yang mereka miliki.
Tuduhan Karangan
Tuduhan Israel terhadap UNRWA ini dinilai meragukan oleh banyak pihak.
Hal itu merujuk pada rekam jejak Badan intelijen Israel yang juga telah melontarkan sejumlah karangan tuduhan di masa lalu, seperti ketika negara tersebut bersikeras tahun lalu kalau kelompok bersenjata Hamas menggunakan Rumah Sakit al-Shifa di Gaza sebagai pusat komando.
Investigasi sejak saat itu tidak menunjukkan kebenaran klaim Israel.
Adapun penarikan dukungan AS Cs dari UNRWA saat ini memang tidak akan membuat badan PBB itu berhenti beroperasi secara total di Gaza.
Seorang diplomat yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan kepada media AS pada Jumat menyatakan kalau UNRWA memiliki sumber daya yang cukup untuk terus berfungsi dalam jangka pendek.
Meski begitu, dia memperingatkan kurangnya dana pada akhirnya dapat memaksa UNRWA untuk menghentikan operasinya.
Baca juga: Penduduk Gaza Kelaparan, Tentara Israel Pamer Stok Makanan Berlimpah
Gaza Kelaparan, Tentara IDF Pamer Makanan
Penarikan dukungan AS ke UNRWA ini terjadi saat lebih dari 26.000 warga Palestina telah terbunuh di Gaza sejak Israel memulai agresi militernya di sana tahun lalu.
Selain korban jiwa yang terus bertambah, menurut data terbaru dari pejabat setempat, korban luka-luka juga makin menggunung dengan tambahan 64.487 orang terluka.
Dilaporkan bahwa perempuan dan anak-anak merupakan 70 persen dari korban di wilayah tersebut.
Toh, AS dan Israel sejauh ini dilaporkan tidak menampilkan aksi simpatik, justru sebaliknya.
Seorang tentara Israel menimbulkan kemarahan awal pekan ini dengan video TikTok yang memamerkan jatah makanan ketika warga Palestina di Gaza kelaparan.
Saatnya Rusia-China Ambil Alih Pendanaan
Sebagai informasi, 80 persen populasi dunia yang saat ini mengalami tingkat kelaparan “bencana” atau “kelaparan” berada di Gaza, menurut sebuah laporan baru-baru ini.
Pengabaian Amerika Serikat terhadap UNRWA menimbulkan pertanyaan apakah Rusia, Tiongkok atau negara lain akan mengisi kekosongan pendana bagi lembaga PBB untuk pengungsi Palestina tersebut.
Pengambilalihan ini jelas akan mememperkuat Rusia dan China dalam pengaruhnya di dunia yang semakin multipolar di mana negara-negara Barat dengan cepat kehilangan kontrol dan otoritasnya.
Presiden Rusia Vladimir Putin tahun lalu mengklaim pecahnya kekerasan di Gaza adalah contoh “kegagalan” pemerintah AS dalam menyelesaikan konflik Palestina-Israel yang telah berlangsung lama.
“Saya pikir banyak orang akan setuju dengan saya bahwa ini adalah contoh nyata dari kegagalan kebijakan Amerika Serikat di Timur Tengah, yang mencoba memonopoli penyelesaian, namun sayangnya, tidak peduli untuk menemukan kompromi yang dapat diterima oleh kedua belah pihak. pihak,” kata Putin dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Irak Mohammed Al Sudani.
Pasukan AS di Timur Tengah semakin sering mendapat serangan dalam beberapa bulan terakhir di tengah penolakan terhadap dukungan kuat negara tersebut terhadap Israel.
(Tribunnews.com/Chrysnha/Hasiolan)