Inggris Ingin Kerahkan Tentara NATO ke Ukraina, Malah Disebut Bisa Jadi Misi Bunuh Diri
Rencana Inggris kirim pasukan NATO ke Ukraina justru disebut berpotensi menjadi 'mimpi buruk' bagi Inggris dan NATO.
Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Garudea Prabawati
“Jika itu adalah mimpi seseorang, itu bisa dengan cepat menjadi mimpi buruk bagi Inggris dan pasukan NATO,” kata Rasmussen.
“Tetapi itu solusi atau rencana yang tidak realistis. Rusia sepenuhnya mendominasi langit, mendominasi eskalasi, mendominasi logistik, mendominasi amunisi. Itu akan menjadi bencana bagi pasukan Inggris mana pun dan pastinya akan menunjukkan simbol keterlibatan langsung NATO, yang benar-benar membahayakan, sejauh eskalasi berjalan,” ujar dia menjelaskan.
Dia mengatakan pasukan Inggris bisa lenyap dengan cukup cepat.
Rasmussen menyebut di dalam militer Inggris mungkin ada seseorang yang punya semacam “pengalaman mengkhayal” karena menyarankan rencana itu.
“Itu misi bunuh diri bagi pasukan tersebut,” kata dia.
Selain itu, Rasmussen meyakini rencana itu bisa menyeret NATO ke dalam situasi yang lebih berbahaya.
Inggris tingkatkan bantuan militer
Pada bulan Januari lalu Inggris telah menandatangani perjanjian keamanan baru dengan Ukraina.
Baca juga: Dianggap Sampah Terbang, Australia Batal Sumbang 41 Jet Tempur F/A-18 Hornet ke Ukraina
Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak kemudian mengumkan adanya penambahan bantuan militer untuk Ukraina.
Inggris memang dikenal sebagai salah satu sekutu terdekat Ukraina selama invasi Rusia.
Dikutip dari Al Jazeera, bantuan dari Inggris meningkat menjadi 2,5 miliar pound pada tahun anggaran berikutnya.
Bantuan tersebut akan meliputi rudal jarak jauh, pertahanan udara, amunisi artileri, dan keamanan maritim.
Sementara itu, Zelenskiy mengatakan Ukraina dan Inggris juga menandatangani perjanjian keamanan yang belum pernah ada sebelumnya.
Perjanjian itu akan tetap berlaku hingga Ukraina bergabung dengan NATO.
Menurut Zelenskiy, tujuan perjanjian itu ialah untuk memastikan bahwa serangan Ukraina tidak akan pernah terjadi lagi setelah perang Ukraina-Rusia berakhir.
(Tribunnews/Febri)