Viral Foto Pria Palestina Terluka Ditelanjangi di Depan Tentara Israel, Picu Kecaman, AS: Meresahkan
Di media sosial beredar foto pria Palestina yang sedang terluka dan ditelanjangi oleh tentara Israel.
Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Bobby Wiratama
TRIBUNNEWS.COM – Belakangan ini di media sosial viral sebuah foto yang memperlihatkan seorang warga Palestina diikat tangannya.
Dia berada dalam keadaan telanjang dan terluka. Dalam pada itu, di depannya terdapat seorang tentara Israel berseragam lengkap dan tengah berdiri.
Foto itu memunculkan kecaman dan keprihatinan atas kejahatan tentara Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza.
Dilaporkan bahwa foto tersebut diunggah oleh Yosee Gamzoo, seorang tentara yang berada dalam foto.
Namun, foto itu telah dihapus dan akun Gamzoo di media sosial telah ditutup.
Dalam foto itu terlihat ada seorang pria Palestina yang nyaris ditelanjangi sepenunya. Dia hanya mengenakan celana dalam.
Tampak ada darah pada kakinya. Pria itu menatap tentara Israel, seolah menantangnya. Adapun tangan tentara itu tampak terkena darah.
Foto lain yang diunggah di media sosial X oleh jurnalis bernama Younis Tirawi memperlihatkan pria itu dibawa ke jalan oleh sekelopok tentara. Dalam foto itu pria tersebut tampak sudah ditelanjangi.
Tirawi mengatakan pria itu bernama Hamza dan berasal dari Shujaiyah, Kota Gaza Timur. Hal itu diketahuinya lewat narasumber setempat.
Menurut Tirawai, anggota keluarga pria itu dibunuh oleh tentara Israel.
“Sebelum dia ditangkap dalam rekaman di atas, militer Israel membunuh ayahnya, saudara laki-laki istrinya, dan dua keponakannya (bayi dan balita berusia 2 tahun),” ujar Tirawi dikutip dari Palestine Chronicle.
Baca juga: Israel dan AS Disebut Pelaku Kejahatan Perang karena Sengaja Bikin Warga Gaza Kelaparan, Kata Ahli
Warganet mengecam foto itu dan menyamakannya dengan kejahatan terhadap para tahanan di penjara Guantanamo dan Abu Graib.
Mendokumentasikan kejahatan
Wakil Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Vedant Patel menanggapi foto itu ketika diminta buka suara.
Dia mengatakan foto itu “sangat meresahkan”. Namun, dia mengaku tidak memiliki informasi yang berkaitan dengan situasi sekitar peristiwa itu.
Dia mengatakan militer Israel harus “berbicara tentang situasi spesifik itu”. Kemudian, dia menyebut hukum kemanusiaan harus dihormati.
Sebelumnya, tentara Israel mengunggah foto sejumlah warga Palestina yang ditutup matanya dan diikat tangannya.
Mereka ditelanjangi hingga hanya mengenakan pakaian dalam dan kemudian dibawa dengan truk ke lokasi yang tidak diketahui.
Di samping itu, tentara Israel juga mengunggah foto dan video yang memperlihatkan tindakan mereka di Gaza. Tindakan itu termasuk meledakkan bangunan dan membakar rumah.
Di aplikasi Telegram terdapat kanal yang disebut “72 Virgins – Uncensored” yang dilaporkan digunakan untuk mendokumentasikan aktivitas tentara Israel.
Kepada media Israel bernama Haaretz, militer Israel pekan ini mengonfirmasi bahwa satuan “Perang Psikologis IDF (Pasukan Pertahan Israel)” mengoperasikan kanal tak berizin itu.
Adapun pada hari Selasa, (6/2/2024), lembaga HAM bernama Euro-Med mengeluarkan pernyataan yang isinya menyoroti kesaksian tentang penyiksaan terhadap warga Palestina yang baru saja dibebaskan.
Baca juga: Netanyahu Terobsesi Habisi Hamas saat Israel Tunggu Jawaban Yahya Sinwar soal Pertukaran Sandera
Euro-Med menyebutkan beberapa tindak kejahatan, termasuk penelanjangan, pelecehan seksual, dan ancaman penyiksaan seksual.
Lembaga itu meminta masyarakat dunia untuk bertindak guna mengakhiri berbagai pelanggaran itu.
“Pasukan Israel secara paksa menghilangkan tahanan Palestina dan menjadikan mereka target kekerasan brutal dan bahkan penyiksaan parah dari sejak awal penahanan mereka hingga saat pembebeasan,” demikian pernyataan Euro-Med.
Euro-Med juga menyoroti kurangnya data akurat tentang jumlah warga Palestina yang ditahan di Gaza.
Menurut lembaga itu, Israel mengklaim ada 2.300 tahanan di wilayah yang tengah dibombardir.
“Namun, perkiraan yang berdasarkan kesaksian mereka yang dibebaskan menunjukkan bahwa jumlah sebenarnya para tahanan jauh lebih besar,” kata Euro-Med.
(Tribunnews/Febri)