Dianggap Musuh, Korea Utara Putus Kerja Sama Ekonomi dengan Korea Selatan
Parlemen Korea Utara menghapus kerja sama ekonomi dengan Korea Selatan setelah Kim Jong Un menganggap Korea Selatan sebagai musuh.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Parlemen Korea Utara menghapuskan undang-undang kerja sama ekonomi dengan Korea Selatan.
Pada rapat pleno Majelis Rakyat Tertinggi Korea Utara pada Rabu (7/2/2024), para pejabat memilih untuk membatalkan undang-undang tersebut dengan persetujuan bulat, lapor Kantor Berita Pusat Korea Utara (KCNA), Kamis (8/2/2024).
Keputusan terbaru ini diambil setelah Korea Utara bulan lalu menyatakan Korea Selatan sebagai musuh utamanya.
Korea Utara telah membuang lembaga-lembaga yang berdedikasi pada reunifikasi, dan mengancam akan menduduki Korea Selatan selama perang.
Parlemen Korea Utara juga dengan suara bulat menyetujui rencana untuk menghapuskan undang-undang khusus mengenai pengoperasian proyek pariwisata Gunung Kumgang.
Riwayat Kerja Sama Ekonomi Korea Utara dan Korea Selatan
Proyek pariwisata Gunung Kumgang pernah menjadi simbol utama kerja sama Korea Utara dan Korea Selatan pada awal tahun 2000-an.
Resor ini dibangun oleh Hyundai Asan dari Korea Selatan.
Sayangnya, proyek ini dihentikan pada tahun 2008 ketika seorang turis Korea Selatan ditembak mati oleh penjaga Korea Utara karena tersesat ke zona terlarang.
Resor Gunung Kumgang pernah menjadi salah satu dari dua proyek antar-Korea terbesar.
Kerja sama lainnya adalah Kompleks Industri Kaesong.
Baca juga: Bertaruh nyawa mengirim uang ke Korea Utara - Seperti film mata-mata
Kompleks itu berisi 125 perusahaan Korea Selatan dan menerima 55.000 pekerja dari Korea Utara, sebelum akhirnya ditutup.
Korea Selatan menarik diri dari usaha itu pada tahun 2016 sebagai tanggapan atas uji coba nuklir dan peluncuran rudal oleh Korea Utara.
Korea Selatan menuduh Korea Utara menggunakan keuntungan dari Kompleks Industri Kaesong untuk mendanai pengembangan nuklirnya.
Tanggapan Korea Selatan
Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, menyebut langkah Korea Utara sebagai perubahan yang luar biasa namun mengatakan sulit untuk memahami logika mereka.