Tiga Negara Serukan Gencatan Senjata di Gaza: Operasi Militer ke Rafah Akan Jadi Bencana Besar
Perlindungan warga sipil adalah hal terpenting dan merupakan persyaratan berdasarkan hukum kemanusiaan internasional.
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, SYDNEY – Para pemimpin Kanada, Australia dan Selandia Baru telah menyerukan gencatan senjata kemanusiaan segera di Gaza ketika Israel berencana memperluas serangan darat ke Kota Rafah di Gaza Selatan.
“Kami sangat prihatin dengan indikasi bahwa Israel merencanakan serangan darat ke Rafah. Operasi militer ke Rafah akan menjadi bencana besar,” kata pernyataan perdana menteri ketiga negara tersebut.
“Gencatan senjata kemanusiaan segera sangat dibutuhkan,” sambungnya.
Baca juga: Mesir dan Turki Minta Israel Setop Serangan Brutal di Rafah, Erdogan: Ini Pembantaian
Pernyataan tersebut mendesak Israel untuk tidak melakukan serangan, namun dikatakan bahwa gencatan senjata tidak bisa dilakukan secara sepihak, dan akan mengharuskan kelompok militan Palestina Hamas untuk melucuti senjatanya dan segera membebaskan semua sandera yang tersisa.
Ketiga pemimpin itu juga mengatakan bahwa keputusan Mahkamah Internasional pada bulan Januari mengenai kasus genosida yang diajukan oleh Afrika Selatan mewajibkan Israel untuk melindungi warga sipil dan memberikan layanan dasar serta bantuan kemanusiaan yang penting.
“Perlindungan warga sipil adalah hal terpenting dan merupakan persyaratan berdasarkan hukum kemanusiaan internasional,” kata pernyataan itu.
“Warga sipil Palestina tidak bisa dipaksa membayar akibat mengalahkan Hamas,” tambahnya.
AS Usulkan Jeda Pertempuran di Gaza selama 6 Pekan
Awal pekan ini, presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengusulkan jeda pertempuran selama enam pekan dalam pertempuran antara Israel dengan Hamas.
“Kesepakatan itu akan dimulai dengan jeda pertempuran setidaknya selama enam minggu, yang kemudian kita dapat meluangkan waktu untuk membangun sesuatu yang lebih bertahan lama,” kata Biden dalam sebuah pernyataan bersama Raja Yordania Abdullah II di Gedung Putih, Senin (12/2/2024).
Kedua pemimpin itu juga membahas sejumlah tantangan yang menakutkan, termasuk ancaman serangan darat Israel di Gaza selatan dan ancaman bencana kemanusiaan di kalangan warga sipil Palestina.
Biden, yang semakin menunjukkan kekesalan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu karena tidak mengindahkan nasihatnya, mengatakan bahwa pihaknya akan terus bekerja sama dengan sekutu di kawasan tersebut dalam mencapai kesepakatan gencatan senjata yang memungkinkan pembebasan sandera di Gaza.
Di sisi lain, Raja Yordania Abdullah II mengatakan pihaknya juga akan terus berusaha mewujudkan resolusi gencatan senjata di Gaza.
“Kita tidak bisa berdiam diri dan membiarkan ini terus berlanjut,” kata Abdullah.
“Kita membutuhkan gencatan senjata permanen untuk sekarang. Perang ini harus diakhiri,” pungkasnya.