Hamas Rencanakan Pembobolan Penjara Secara Massal Saat Serangan 7 Oktober, Gagal Karena Masalah Ini
Membebaskan tahanan Palestina dari Penjara Pusat Ashkelon adalah salah satu tujuan utama Operasi Banjir Al-Aqsa yang dipimpin Hamas pada tanggal 7 Okt
Penulis: Muhammad Barir
Hamas Merencanakan Pembobolan Penjara Secara Massal Saat Serangan 7 Oktober, Tapi Gagal Karena Masalah Ini
TRIBUNNEWS.COM- Membebaskan tahanan Palestina dari Penjara Pusat Ashkelon adalah salah satu tujuan utama Operasi Banjir Al-Aqsa yang dipimpin Hamas pada tanggal 7 Oktober, surat kabar Saudi Asharq Al-Awsat melaporkan pada tanggal 20 Februari.
Laporan tersebut mengungkapkan rincian serangan yang seharusnya menargetkan penjara namun gagal karena kesalahan teknis yang menyebabkan para pejuang penyerang dari sayap bersenjata Hamas, Brigade Qassam, ke pemukiman terdekat, bukan target awal mereka.
Kota Ashkelon terletak 18 kilometer sebelah utara Gaza. Sumber yang dekat dengan pimpinan Brigade Qassam mengungkapkan, kelompok yang terdiri dari 23 pejuang tersebut secara khusus diberi tugas untuk mencapai Penjara Ashkelon dan membebaskan tahanan di sana.
Kelompok lain ditugaskan untuk menyerbu pangkalan militer di sekitar kelompok pemukiman, Dewan Regional Ashkelon, untuk memperkuat kelompok pertama jika berhasil menyerang penjara.
Sumber tersebut melaporkan bahwa "kelompok tersebut sebenarnya berangkat menuju Ashkelon dan melintasi perbatasan [Gaza], dari arah pemukiman Yad Mordechai, dan di sana mereka bentrok dengan pasukan Israel dan membunuh sejumlah anggotanya."
Namun karena alasan yang tidak diketahui, mungkin karena perangkat GPS yang rusak, kelompok tersebut kembali ke selatan menuju Moshav Netiv HaAsara di perbatasan Gaza daripada melanjutkan perjalanan ke utara menuju Ashkelon. Setelah mencapai Netiv HaAsara, unit tersebut kemudian menuju ke timur menuju kota Sderot.
Baca juga: PBB Setop Pengiriman Bantuan Makanan ke Gaza Utara Bentrokan Israel vs Hamas Berlanjut dengan Sengit
Menurut sumber tersebut, rencana tersebut melibatkan penyerangan gerbang utama dan menara penjaga penjara dengan rudal anti-personil dan anti-tank bersamaan dengan rudal yang ditembakkan dari Gaza yang menargetkan perimeter penjara setelah para pejuang memberikan sinyal.
Namun, pimpinan Qassam tidak menerima sinyal apa pun dari unit tersebut, dan kemudian menjadi jelas bahwa para pejuang tersebut malah pergi ke Sderot. Unit tersebut kemudian ditugaskan untuk bertahan di kota selama mungkin.
Bergabung dengan kelompok pejuang Qassam lainnya, unit tersebut terlibat dalam bentrokan dengan polisi Israel, polisi perbatasan, dan tentara, yang berlangsung selama tiga hari.
Para pejuang Qassam membarikade diri mereka di dalam kantor polisi dan kediaman Sderot.
Tentara Israel akhirnya menghancurkan kantor polisi dengan tembakan helikopter dan tank, menewaskan banyak pejuang Qassam di bawah reruntuhan. Tidak jelas apakah petugas polisi yang ditawan oleh pejuang Qassam di stasiun tersebut juga tewas dalam serangan tersebut.
Sumber tersebut menyatakan bahwa serangan tanggal 7 Oktober bertujuan untuk menangkap tentara Israel guna memaksa Tel Aviv melakukan kesepakatan pertukaran tahanan, namun operasi tersebut kemudian diperluas secara tidak terencana. Ribuan warga Palestina masih ditahan di penjara-penjara Israel, termasuk ratusan di Ashkelon.
Israel mengklaim pejuang Qassam membantai 1.200 warga Israel selama operasi tersebut, mayoritas warga sipil. Namun, bukti signifikan telah muncul yang menunjukkan bahwa tentara Israel-lah yang membunuh banyak warga Israel yang tewas pada tanggal 7 Oktober, bukan Hamas.
Laporan media Israel menyebutkan tentara mengeluarkan Petunjuk Hannibal, yang memberi wewenang kepada pasukan Israel untuk membunuh warga sipil dan tentara mereka sendiri untuk mencegah mereka dibawa ke Gaza sebagai tawanan.
Tentara mengirimkan helikopter serang Apache, tank Merkava, dan drone Hermes, yang menembaki tentara Israel dan pejuang perlawanan Palestina, mengubur banyak orang di rumah-rumah dan membakar yang lain hidup-hidup, termasuk di pesta Nova.
(Sumber: The Cradle)