PM Ukraina Bicara Soal Berkurangnya Wilayah Negara Hingga Warganya Tak Mau Pulang di Luar Negeri
Ukraina telah kehilangan “30% perekonomiannya, sekitar 20% wilayahnya, dan 3,5 juta pekerjaan” dalam dua tahun terakhir.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Invasi Rusia telah menyebabkan hilangnya sebagian wilayah Ukraina.
Bukan hanya itu, perekonomian negara itu ambruk dan jutaan warganya memilih untuk pergi ke luar negeri.
Perdana Menteri Denis Shmigal menyatakan Ukraina telah kehilangan “30 persen perekonomiannya, sekitar 20% wilayahnya, dan 3,5 juta pekerjaan” dalam dua tahun terakhir.
Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari ke-728, 11 Anak yang Diculik Rusia telah Kembali ke Pelukan Keluarga
Selain itu, 8.400 km jalan telah rusak dan 2 juta rumah tangga terkena dampak pertempuran tersebut.
Ia menambahkan lebih dari 10 juta orang terpaksa meninggalkan rumah mereka atau meninggalkan negara tersebut, dan memperkirakan bahwa banyak dari mereka yang kemungkinan besar tidak akan kembali.
“Mereka tidak akan kembali ke Ukraina dari Uni Eropa, dari seluruh dunia, karena masalah keamanan,” kata perdana menteri dalam sebuah wawancara dengan saluran berita Jepang NHK.
Shmigal mengungkap, harapan yang paling mungkin adalah adanya bantuan dari negara-negara sahabat.
Amerika Serikat saat ini kesulitan mencairkan bantuan karena diblokir oleh Partai Republik di Kongres.
Sementara negara-negara Uni Eropa saat ini banyak yang mengalami resesi karena sanksi yang mereka berikan ke Rusia justru berbalik menyerang mereka.
“Kami mendapat dukungan dari semua mitra kami tapi sayangnya, produksi amunisi di seluruh dunia, termasuk Uni Eropa, tidak terlalu tinggi untuk membawa jumlah amunisi yang dibutuhkan ke Ukraina,” kata Shmigal.
Baca juga: Hampir 1.000 Serdadu Ukraina Hilang Dalam Tugas Saat Kekalahan di Avdiivka
Komentar tersebut muncul setelah Shmigal bertemu pada hari Senin dengan mitranya dari Jepang, Fumio Kishida, yang menjanjikan dukungan Tokyo untuk membantu membangun kembali perekonomian Ukraina setelah konflik dengan Moskow berakhir.
Shmigal mengatakan Jepang telah setuju untuk memberikan bantuan sebesar 12,1 miliar dolar AS kepada Kyiv, namun tidak menjelaskan secara rinci kapan atau bagaimana dana tersebut akan diberikan.
Sementara itu, Tokyo menyatakan pihaknya telah menjanjikan bantuan baru sebesar 105 juta dolar AS kepada Ukraina untuk mendanai pekerjaan penghapusan ranjau dan perbaikan darurat di sektor energi dan transportasi.
Tahun lalu, Jepang setuju untuk mengekspor rudal antipesawat Patriot PAC-3 ke AS, yang secara luas ditafsirkan sebagai cara Tokyo secara tidak langsung mengirimkan bantuan militer ke Kiev.