Israel Lakukan 10 Aksi Pembantaian pada Keluarga di Gaza, 104 Orang Tewas dalam 24 Jam Terakhir
Selama 24 jam terakhir, aksi pembantaian Israel terhadap keluarga di Gaza telah menyebabkan 104 mati syahid.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.com - Kementerian Kesehatan Gaza mengungkapkan pasukan pendudukan Israel telah melakukan 10 aksi pembantaian terhadap sejumlah keluarga di wilayah kantong tersebut.
Setidaknya 104 orang mati syahid dan 160 lainnya terluka selama 24 jam terakhir, akibat aksi pasukan Israel itu.
"(Pasukan) pendudukan Israel melakukan 10 pembantaian terhadap keluarga di Jalur Gaza."
"Sebanyak 104 orang mati syahid dan 160 orang terluka selama 24 jam terakhir," ungkap Kementerian Kesehatan Gaza dalam sebuah pernyataan, Jumat (23/2/2024), dikutip dari Anadolu Agency.
Kementerian itu menambahkan, hingga saat ini masih banyak warga Palestina yang terjebak di bawah reruntuhan karena tim penyelamat tidak bisa menjangkau mereka.
"Banyak orang masih terjebak di bawah reruntuhan dan di jalan, karena tim penyelamat tidak dapat menjangkau mereka," lanjut Kementerian tersebut.
Dengan melanjutkan serangan di Gaza, Israel berarti telah abaikan keputusan sementara Mahkamah Internasional (ICJ) yang meminta pemerintahan Benjamin Netanyahu untuk menghentikan genosida terhadap warga Palestina.
Israel telah menggempur Jalur Gaza tanpa henti sejak 7 Oktober 2023.
Setidaknya ada 29.514 warga Palestina yang tewas akibat serangan Israel, di mana mayoritas korban meninggal adalah anak-anak dan perempuan.
Sementara itu, 69.616 lainnya mengalami luka.
Angka tersebut diyakini akan terus bertambah mengingat banyaknya warga Palestina yang terjebak di bawah reruntuhan dan belum ditemukan.
Baca juga: Detik-detik Al-Qassam Targetkan Tank Merkava Israel Pakai Peluru Yassin, Tembak dari Jarak Dekat
Serangan Israel di Gaza telah menyebabkan 85 persen penduduk wilayah tersebut mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan.
Tak hanya itu, 60 persen infrastruktur di Jalur Gaza telah rusak atau hancur, menurut PBB.
China Kecewa Berat
Sebelumnya, China menyampaikan kekecewaannya pada Amerika Serikat (AS) atas veto negara itu terhadap rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB (DK PBB) yang menyerukan gencatan senjata segera di Gaza, Palestina.
Media China, Xinhua, melaporkan utusan Beijing untuk PBB, Zhang Jun, kecewa dan tidak puas terhadap veto AS.
"Veto AS mengirimkan pesan yang salah, justru mendorong situasi di Gaza menjadi lebih berbahaya," kata Zhang, Rabu (21/2/2024).
Ia juga mengatakan veto AS terhadap resolusi DK PBB "sama saja seperti memberikan lampu hijau bagi Israel untuk melanjutkan pembantaian di Gaza."
"Dewan Keamanan harus bertindak cepat untuk menghentikan pembantaian ini," ujar Zhang menambahkan.
"(Resolusi DK PBB untuk gencatan senjata di Gaza) tidak boleh jadi perdebatan, melainkan kewajiban moral yang tidak dapat dihindari oleh dewan."
Menurut Zhang, veto yang diajukan AS seharusnya tidak menghentikan resolusi DK PBB terkait situasi di Gaza.
Baca juga: Rasakan Dampak Boikot karena Dukung Israel, Unilever Sebut Penjualan di Indonesia Menurun
"Veto tidak dapat meredam seruan kuat untuk gencatan senjata dan diakhirinya perang."
"DK PBB tidak dapat menghentikan tugasnya untuk menegakkan keadilan dan memenuhi tanggung jawabnya hanya karena veto (dari AS)," beber Zhang.
Kekecewaan terhadap veto AS juga disampaikan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning.
Mao menilai tindakan AS tersebut justru membuat Gaza berada dalam situasi yang semakin berbahaya.
"Semua pihak terkait, termasuk China, menyatakan kekecewaan yang mendalam (terhadap veto AS)," kata Mao.
"China mendukung rancangan resolusi DK PBB yang menuntut gencatan senjata kemanusiaan segera di Gaza," sambung dia.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)