IDF Sudah Tahu Ribuan Warga Palestina akan Kerubungi Bantuan: Terencana, Berondong Peluru Tanpa Ragu
Pembantaian ratusan warga Palestina yang menunggu bantuan dilakukan Tentara Israel secara terencana, mereka menembak secara dingin, berondong peluru
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
MOmen Mengerikan yang Terjadi Saat Pembantaian Warga Palestina yang Tunggu Bantuan, IDF Berondong Peluru Tanpa Ragu
TRIBUNNEWS.COM - Otoritas kesehatan Palestina di Gaza mengatakan, tembakan tentara Israel (IDF) terhadap orang-orang yang menunggu bantuan di dekat Kota Gaza menewaskan lebih dari seratus warga Palestina.
Awalnya, laporan menyebut ada sebanyak 104 warga Palestina dan melukai 280 orang. Namun kabar terbaru meyebut, korban tewas mencapai 112 orang.
Baca juga: Brigjen IDF Ingatkan Netanyahu, Serbuan ke Rafah saat Ramadan Bisa Picu Perang di Yudea dan Samaria
Juru bicara militer Israel (IDF) mengatakan tidak ada informasi mengenai penembakan di lokasi tersebut.
Militer IDF kemudian mengklaim, hal yang terjadi adalah puluhan orang terluka akibat mendorong dan menginjak-injak ketika truk bantuan tiba di Gaza utara.
Sumber Israel mengatakan kepada Reuters kalau tentara melepaskan tembakan ke “beberapa orang” di antara kerumunan yang mereka anggap sebagai ancaman bagi mereka.
Belakangan, satu sumber di IDF mengakui tentara Israel melepaskan tembakan ke arah kerumuman orang.
Baca juga: IDF Klaim Cuma Tembak Kaki, Sumber Militer Israel Akui Bantai Ratusan Warga Palestina Gegara Hal Ini
Pembantaian dengan Perencanaan, Secara Dingin Berondong Peluru
Kantor Informasi Pemerintah di Gaza mengatakan kalau pasukan pendudukan melakukan pembantaian mengerikan ini dengan perencanaan terlebih dahulu sebagai bagian dari genosida terhadap masyarakat Jalur Gaza.
Pemerintah Gaza juga mengatakan, ratusan orang yang jadi korban itu diberondong oleh senjata tentara Israel yang menembaki secara dingin, tanpa ragu.
"IDF mengetahui kalau para korban akan tiba di wilayah tersebut untuk mendapatkan bantuan, namun mereka membunuh mereka secara dingin," kata pernyataan tersebut.
Kantor tersebut mengimbau dunia, negara-negara Arab dan Islam untuk segera melakukan intervensi guna menghentikan perang genosida.
Pemerintahan Gaza juga meminta pemerintah Amerika Serikat (AS), komunitas internasional, dan pendudukan bertanggung jawab atas pembantaian yang mengerikan ini.
Koresponden Al Jazeera mengatakan bahwa korban tewas dan terluka dipindahkan ke Kompleks Rumah Sakit Al-Shifa, Rumah Sakit Kamal Adwan, dan Rumah Sakit Al-Awda, yang kesemuanya tidak memiliki kemampuan medis yang memadai.
Pembantaian Terjadi Setelah Tinjauan Kemanusiaan
Insiden di Gaza terjadi beberapa jam setelah kunjungan administrator USAID Samantha Power ke perbatasan Kerem Shalom, di mana ia memohon kepada Israel untuk meningkatkan jumlah bantuan dan membuka penyeberangan tambahan.